"Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi sering digaungkan, tapi kami di lapangan justru melihat gelombang keinginan anak muda untuk pergi, untuk 'kabur' dari negeri sendiri. Sebagai orang nomor dua di kota ini, adakah program pemberdayaan nyata yang Ibu dorong, khususnya di masa jabatan saat ini? Apakah kita sedang menuju Indonesia Emas, atau malah Indonesia Cemas?"
Pertanyaan tersebut di tanggapi langsung oleh ibu Hj. Tazkiyatul Muthmainnah. Ia menyampaikan bahwa fenomena keinginan untuk ke luar negeri bukan hal yang harus sepenuhnya dilarang, tetapi perlu dimaknai dan disikapi dengan cara yang lebih bijak.
"Kita bisa mendapatkan kebaikan dari manapun, termasuk dari luar negeri. Tapi kalau memang ingin ke luar negeri, niatkan untuk belajar. Pinter dulu, baru pergi. Jangan kabur dulu," ujar beliau, disambut tepuk tangan peserta.
Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya pendidikan dan kesiapan mental sebagai fondasi menghadapi tantangan global. Ia mengakui bahwa narasi Indonesia Emas harus diimbangi dengan kerja nyata dan program konkret di tingkat lokal, termasuk pelatihan, pengembangan skill, dan ruang partisipasi anak muda dalam proses pembangunan daerah.
Pernyataan ini memperkaya dialog antar generasi dan memperlihatkan bahwa suara-suara muda tidak sekadar dianggap sebagai kritik, tetapi juga sebagai pengingat penting bahwa masa depan bangsa tidak bisa dibangun di atas optimisme kosong. Ia harus dilandasi oleh kebijakan nyata, keberpihakan pada generasi muda, serta ruang terbuka untuk bertanya, menggugat, dan bersama-sama membangun jalan keluar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI