Mohon tunggu...
Dwi Ayu Riani
Dwi Ayu Riani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa FISIP UPS TEGAL

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

BEM FISIP UPS Tegal Sukses Gelar Kuliah Umum Simfoni Kebangsaan

26 Juni 2025   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   13:57 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar 1.1 Kuliah Umum simfoni kebangsaan Dihadiri oleh pemerintah Daerah

BEM FISIP UPS Tegal Sukses Gelar Kuliah Umum "Simfoni Kebangsaan"

Tegal, 24 Juni 2025 --- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pancasakti Tegal menggelar kuliah umum bertajuk "Simfoni Kebangsaan" dengan tema "Peran Generasi Muda dalam Menjaga Keutuhan Bangsa." Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa, 24 Juni 2025, dan dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional dan daerah, serta ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan pelajar SMA/SMK se-Kota Tegal.

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya menjaga persatuan, integritas, dan keberagaman bangsa di tengah tantangan era digital dan disrupsi global.

Kuliah umum menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan daerah, antara lain Prof. Dr. Ir. Sri Puryono KS, MP (Ketua IKAL Lemhannas RI Jateng & Guru Besar Undip), Hj. Tazkiyyatul Muthmainnah, S.K.M., M.Kes (Wakil Wali Kota Tegal), Nurkholes, S.H., M.Si (Wakil Bupati Pemalang), Diryo Suparto, M.Si (Dosen FISIP UPS Tegal), dan Urip Haryanto (ISC-IKAL Strategy Centre DPD IKAL Lemhannas RI Jateng).

Dalam sambutannya, Ketua BEM FISIP UPS Tegal menyampaikan bahwa generasi muda seharusnya menjadi bagian dari solusi atas berbagai persoalan bangsa, bukan justru menjadi bagian dari masalah.

"Anak muda hari ini harus sadar akan perannya. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton atau bahkan bagian dari masalah. Sudah saatnya kita berdiri sebagai agen perubahan dan solusi nyata untuk negeri," tegasnya..

Dalam sesi diskusi yang menjadi bagian penting dari kuliah umum ini, antusiasme peserta terlihat begitu tinggi. Para mahasiswa dan pelajar aktif mengajukan pertanyaan kepada para narasumber, menandakan besarnya perhatian generasi muda terhadap isu-isu kebangsaan yang diangkat.

Sumber gambar 1.2 Alumni Mahasiswa Fisip bertanya kepada narasumber
Sumber gambar 1.2 Alumni Mahasiswa Fisip bertanya kepada narasumber

Muncul sebuah pertanyaan tajam dari salah satu alumni FISIP UPS Tegal yang mengangkat fenomena "kabur aja dulu"---istilah populer yang menggambarkan kecenderungan sebagian anak muda yang ingin meninggalkan tanah air, baik untuk bekerja maupun sekadar mencari harapan hidup yang lebih baik di luar negeri.

Dengan nada kritis namun tetap konstruktif, alumni tersebut bertanya langsung kepada Wakil Wali Kota Tegal, Hj. Tazkiyyatul Muthmainnah, terkait kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi realitas ini:

"Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi sering digaungkan, tapi kami di lapangan justru melihat gelombang keinginan anak muda untuk pergi, untuk 'kabur' dari negeri sendiri. Sebagai orang nomor dua di kota ini, adakah program pemberdayaan nyata yang Ibu dorong, khususnya di masa jabatan saat ini? Apakah kita sedang menuju Indonesia Emas, atau malah Indonesia Cemas?"

Pertanyaan tersebut di tanggapi langsung oleh ibu Hj. Tazkiyatul Muthmainnah. Ia menyampaikan bahwa fenomena keinginan untuk ke luar negeri bukan hal yang harus sepenuhnya dilarang, tetapi perlu dimaknai dan disikapi dengan cara yang lebih bijak.

"Kita bisa mendapatkan kebaikan dari manapun, termasuk dari luar negeri. Tapi kalau memang ingin ke luar negeri, niatkan untuk belajar. Pinter dulu, baru pergi. Jangan kabur dulu," ujar beliau, disambut tepuk tangan peserta.

Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya pendidikan dan kesiapan mental sebagai fondasi menghadapi tantangan global. Ia mengakui bahwa narasi Indonesia Emas harus diimbangi dengan kerja nyata dan program konkret di tingkat lokal, termasuk pelatihan, pengembangan skill, dan ruang partisipasi anak muda dalam proses pembangunan daerah.

Pernyataan ini memperkaya dialog antar generasi dan memperlihatkan bahwa suara-suara muda tidak sekadar dianggap sebagai kritik, tetapi juga sebagai pengingat penting bahwa masa depan bangsa tidak bisa dibangun di atas optimisme kosong. Ia harus dilandasi oleh kebijakan nyata, keberpihakan pada generasi muda, serta ruang terbuka untuk bertanya, menggugat, dan bersama-sama membangun jalan keluar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun