Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangkit dari Pesimisme Berjuang agar Indonesia Emas Terwujud

20 Mei 2025   08:29 Diperbarui: 21 Mei 2025   08:26 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Harkitnas 2025 (Foto: Dok. Komdigi)

Dunia medsos belakangan ini menurut penulis menghadirkan pesimisme, rasa minder, dan pola pikir salah saat menghadapi krisis sosial, politik dan juga attitude. Rasanya miris ketika membaca berbagai narasi, pernyataan yang merendahkan sumber daya manusia Indonesia. Semua berasal dari masyarakat, sesama bangsa yang tampaknya sering malu dengan kondisi Indonesia yang digambarkan carut-marut dalam pengelolaan negara.

Benarkah utang Indonesia mengancam Indonesia, berapakah rasio ideal utang negara, bisakah dibuktikan apa yang dikhawatirkan masyarakat bahwa indonesia dalam ancaman kebangkrutan akibat berbagai masalah pengangguran?

Apakah tidak ada solusi untuk memperkecil rasa pesimisme masyarakat? Apa penyebabnya apakah karena tingkat kepercayaan masyarakat pada pejabat, penguasa dan wakil rakyat semakin rendah?

Kecemasan Pada Utang Negara Yang Membengkak

Berbagai pertanyaan itu mari coba urai satu persatu. Tentang utang negara yang mencapai 11 trilyun, seperti yang sering dilontarkan oleh netizen di media sosial.

Faktanya sekarang menurut sumber dari Kompas.id, pemerintah telah menarik utang baru sebesar 250 trilyun rupiah, jumlah itu setara dengan 40,6 persen dari total target pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN2025) yang ditetapkan Rp 779,9 trilyun.

Bagi masyarakat awam dengan nominal yang besar itu ketakutan masyarakat adalah bahwa Indonesia tidak akan bisa mengembalikan utang tersebut, malah cenderung bertambah.

Banyak alasan mengapa masyarakat semakin pesimis. Padahal sesungguhnya pemerintah sudah memperhatikan rasio utang dan pendapatan serta cadangan devisa negara.

Berbagai masalah kenyamanan perusahaan besar mengembangkan usaha terancam dimulai dari maraknya demo buruh dengan tuntutan kenaikan UMR membuat iklim investasi tidak nyaman.

Pengusaha ketar-ketir dengan situasi politik dan berbagai tuntutan buruh dan pekerja hingga akhirnya memutuskan menutup perusahaan dan mengalihkan ke negara yang lebih aman seperti Vietnam, Kamboja, dan terutama China.

Imbasnya pengangguran merebak dan daya beli masyarakat semakin merosot. Efek karambol itu berimbas ke mana-mana hingga akhirnya muncul berbagai berita yang membuat masyarakat pesimis terhadap masa depan Indonesia. Padahal jika benar dipikir secara jernih negara pasti sudah memperhatikan rasio utang dengan cadangan keuangan negara.

Banyak negara lain yang lebih parah rasio utang dibanding dengan PDP-nya. Bahkan Jepang yang terkenal sebagai negara maju juga mempunyai utang jauh lebih besar dari Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun