Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kunci Masuk Parlemen Populer, Incumbent dan Pose Unik

20 Februari 2024   09:34 Diperbarui: 20 Februari 2024   09:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Pose Komeng yang Unik.wartakota-tribunnews.com

Bagi pejuang parlemen yang mau mencoba peruntungan masuk parlemen  ada beberapa fakta unik yang bisa dilakukan pemilu ke depan bila ingin sukses masuk ke parlemen. Saya mencatat salah satu tipnya adalah populer kedua incumbent dan ketiga pasang foto unik. Bisa juga yang wajahnya glowing dan cantik pasti dilirik. 

Bingung Pilih Calon Legislatif ?

Mengapa penulis bisa menyimpulkan beberapa kriteria keterpilihan di parlemen karena faktor di paragraf sebelumnya. Begini opini saya. Saya mempelajarinya dari kotak suara. Terbayangkah bingungnya memilih calon legislatif dan DPD melihat foto-foto yang berderet. Yang pertama saya bingung diantara calon wakil rakyat ini siapa yang saya kenal dan dekat dengan logika pilihan saya. Pas melihat caleg DPD yang saya lihat pastinya yang paling menyita perhatian berdasarkan foto-foto yang pernah saya lihat di banner-banner pinggir jalan, kedua tentu yang populer dan pose aneh sendiri.

Kata teman-teman yang memilih di Jawa Barat, Bisa Bogor, Cibinong, Cimanggis dan di seluruh Jawa Barat, foto yang menyita perhatian adalah Komeng. Ketika kita membuka lipatan dan akhirnya terbentang kertas dan melihat deretan foto caleg yang pertama adalah perasaan bingung.

"Perasaan dari sekian banyak calon kok nggak ada yang terkenal dan familiar, eh tiba satu foto menyita perhatian, posenya aneh bin lucu oh Komeng, coblos saja. Yang lain gak kenal."

Begitu saya pikir pikiran orang-orang yang memilih caleg. Kalau DPR banyak orang memilih orang yang populer seperti pelawak public figure, dan juga anggota DPR lama yang sudah mapan dan dikenal oleh pemilih sebelumnya. Sebagai pemilih kali ini memilih bukan karena rekam jejak namun semata karena familiar dan pernah melihat entah lewat baliho, lewat media sosial dan lewat grup grup WA. Terus terang jika menyimak apakah mereka mempunyai andil dalam menyuarakan aspirasi masyarakat banyak masyarakat bahkan baru kenal lewat foto-foto yang dipajang di jalan. Jujur ketika memilih wakil rakyat saya hanya mengandalkan feeling dan wajah orang-orang yang pernah muncul di televisi dan menjadi publik figur.

Jika ditanya tentang latar belakang profesi dan keahlian para caleg saya akan menjawab "Maaf, saya tidak tahu latar belakang keahliannya, mungkin kalau artis saya tahu karena sering muncul di podcast, film atau media entertain lain. Tapi jika mereka berasal dari birokrat, tenaga ahli, mempunyai keahlian khusus dalam bidang sosial, hukum, politik benar-benar tidak tahu."

Padahal Caleg memang seharusnya melek ilmu politik, melek tata pemerintahan dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan komunikasi, sistem organisasi negara agar jika memberi masukan dan berbicara di parlemen ada referensi kuat dalam hal tata kelola pemerintahan. 

Pergeseran Era Memunculkan Tokoh Public Figure dari Kalangan Orang Terkenal dan Artis

Yang muncul sekarang pergeseran masa dan era media sosial menjadikan mereka yang famous, dikenal sering muncul di televisi, artis, tokoh masyarakat lebih dipilih daripada mereka yang sebenarnya kompeten dan menguasai ilmu pemerintahan. Sedangkan mereka yang belajar ilmu pemerintahan lebih banyak mengisi ruang-ruang jabatan  ASN dan eselon-eselon di departemen. Parlemen menjadi kumpulan orang-orang terkenal yang diuntungkan karena wajah dan sosok yang dikenal di dunia hiburan. 

Saat ini proses penghitungan suara masih berlangsung. masih muncul debat dan ketidakpercayaan akan hasil pemilu.  Suasana masih panas. Sebagai masyarakat terutama pegiat media sosial harus mau mengurangi memunculkan kata-kata provokasi  yang memungkinkan indikasi  perpecahan antar anak bangsa. 

Semoga saja caleg dan presiden terpilih nanti bisa membenahi carut marut demokrasi di Indonesia. Isu indikasi kecurangan yang beredar dan perdebatan panjang hasil pemilu semakin menghilang pelan-pelan. Yang terpilih adalah mereka yang terbaik karena terpilih dari pemilu demokratis. Yang kalah legowo dan yang menang jangan jumawa. Semua baik-baik saja dan akan kembali normal. Salam Damai Selalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun