Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Plumpang Sebuah Anomali Kebijakan

10 Maret 2023   14:23 Diperbarui: 13 Maret 2023   07:36 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penduduk terdampak kebakaran depo Plumpang (megapolitan.kompas.com)

Anehnya saat ini muncul petisi dari para pendatang di zona merah itu, mereka mengajukan usul atau sebutkan petisi atau kesepakatan bersama agar depo itu dipindahkan karena membahayakan kehidupan mereka. . Kalau sampai depo pindah sungguh aneh bin ajaib karena pemilik tanah bisa dengan mudah disuruh pindah.

Kalau saya berpikir waras ngeri kali ya tinggal di Jakarta ini. Seperti hidup ditanah yang dibawahnya ada sekam dan api yang sewaktu-waktu akan membara kalau tertiup angin. Jadi membayangkan. Ada seseorang pendatang yang tidak punya pekerjaan, tidak punya tempat tinggal, tidak punya status datang ke kota. Ia kemudian menjadi pemulung. Menitipkan barang di tanah kosong. Ketika pemilik tanah cuek, tidak segera mengusirnya, seseorang itu lantas membuat gubuk, dan sejumlah barang rongsokan yang semakin lama semakin menggunung.

Karena seseorang itu butuh kepastian maka ia mulai bisa menyisakan sedikit uang untuk mendirikan bangunan di tanah kosong tersebut, lama-lama tanpa pengetahuan pemilik tanah ia membuat bangunan semipermanen. Dari tahun ke tahun rumahnya semakin besar lantas mengundang saudaranya datang dan tinggal dan akhirnya mendirikan bangunan baru. 

Setelah rumah besar dan permanen dengan banyak penghuni di situ muncullah oknum rakus yang menawarkan untuk mengurus akte tanah dengan sejumlah uang. Maka terbitlah HGB dan HM tanpa kesepakatan dengan pemilik tanah aslinya. Persoalan bertambah rumit ketika pemilik aslinya menuntut untuk pengosongan tanah, karena pendatang itu merasa mengantongi sertifikat hak milik yang kata petugas kelurahan "asli".

Itulah yang terjadi di Jakarta. Perkampungan padat penduduk baik di Marunda, di Penjaringan, Pedongkelan, Petogogan kalau dirunut pasti punya masalah serupa. Yang semula tanah kosong, dalam kurun beberapa tahun berubah menjadi perkampungan, dan sampai sekarang lantas berkembang pesat. 

Persoalannya ada banyak dari mereka yang warganya illegal, hak milik fiktif, listrik pun banyak yang hanya menumpang dengan dengan penduduk lainnya, sehingga muncul kebakaran dikarenakan kasus arus pendek. Salah satu masalah kebakaran dengan arus pendek karena betapa ruwetnya proses pemasangan listrik dengan standar pemasangan rendah yang beresiko menyebabkan mudah konsleting, hubungan arus pendek, gas tabung meledak hingga muncul kebakaran yang menjadi langganan perkampungan  padat.

Plumpang itu anomali yang dibiarkan hingga menunggu boom masalah di suatu hari, sekarang masalah itu benar-benar datang. Dan kalau akhirnya pemerintah ngalah betapa ngerinya masa depan negeri ini. Sebagai warga negara yang mencintai NKRI merindukan hukum yang jelas hingga muncul keadilan. Karena selama ini rasanya mustahil muncul pejabat yang berani menegakkan hukum secara benar karena saat itu cuanlah yang bicara jika bicara kenyataan yang sebenarnya.

Satu dua orang pejabat bersih seperti tersapu dengan kasus-kasus oknum pejabat yang benar-benar julid yang memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri termasuk penegak hukumnya. Kemajuan datang ketika mindset masyarakat termasuk pejabat sudah berubah lebih baik. Itu juga menjadi bahan permenungan penulis karena penulis di Jakarta juga statusnya pendatang. Salam.

referensi CNBC, wikipedia, kompas.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun