Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Sengsara" Tidak Nyamannya Naik Kereta Api Murah Meriah

8 Oktober 2022   21:37 Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:38 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumberjejakbocahhilang.wordpress.com

Perjalanan naik kereta barang ada plus minusnya. Keuntungannya benar-benar bisa melihat pemandangan dengan mata telanjang. Minusnya ya bisa masuk angin dan keselamatan kurang terjamin. Jangan sampai ngantuk, kalau ngantuk takutnya menggelinding dan terlindas rel. Hemmm ngeri. Ditambah kereta barang itu jalannya cukup lambat, Kalau ada kereta penumpang istirahat dulu di stasiun. Kereta barang hanya sampai Kroya ternyata. Dari Kroya harus naik kendaraan umum sampai Purwokerto.

Dari Purwokerto masuk stasiun dan menunggu kereta bergerak. Setelah melaju lumayan kencang  langsung melompat ke pintu. Di kereta dengan perasaan waspada kami harus menghindar petugas yang akan merazia karcis, karena kami menumpang kereta tanpa karcis. Duh, lagi-lagi malu juga menjadi bajing loncat hahaha.

Sesampai di Stasiun Jatinegara kami selamat tidak terkena rahasia, tapi saat perjalanan dari Jatinegara sampai Pasar Senen rupanya kena razia penumpang dan terpaksa kami harus membayar 5.000 rupiah. Duh nasib, tambah berkurang uang saku kami.

Saya berpetualang ke Jakarta hari dengan modal sekitar 20 ribu rupiah, itupun berlanjut sampai ke Bandung. Di Jakarta kami hanya tidur di emperan rumah kenalan teman saya di seputar Cipete. Markas penyewaan badut. Selama di Jakarta kami menyusur sekitar Salemba sampai ke daerah Depok Bogor yaitu Cinere. Setelah itu senja hari naik bus menuju ke Bandung lewat Lebak Bulus. Waktu datang ke Jakarta belum ada Jalan Tol ke Bandung. Jadi arahnya ya lewat Puncak Bogor, Cibodas, Purwakarta baru Bandung. Di Bandung sempat keliling lalu memutuskan pulang dengan kereta api.

Sampai di Stasiun kami bingung uang di kantong benar-benar kosong, maka kami merayu petugas agar bisa naik kereta gratis, tidak peduli mau tidur di tumpukan barang atau di mana yang penting bisa pulang. Ada petugas yang baik hati menyilahkan naik di tumpukan batu bara di gerbong yang biasa menjadi tempat tidur masinis.

Sekali lagi masa bodo yang penting bisa pulang ke Yogya. Sebetulnya di kantong masih punya uang 5 ribu rupiah. Itu disiapkan untuk naik Bus dari Yogyakarta ke Magelang. Ketika nyaman tidur di tempat Masinis, kami diusir dan disuruh tidur ditumpukan batu bara. Yah resikonya baju dan celana cemong kena arang batu bara.

Itu pengalaman dulu di masa masih menjadi mahasiswa. Kenangan naik kereta penuh derita itu membekas sampai sekarang.

***

Beda Bumi Langit dengan Kereta Api Sekarang

Jauh dengan KAI zaman sekarang yang nyaman dengan pelayanan yang sangat bagus, naik kereta sebelum era Ignasius Jonan benar-benar "penuh derita". Pulang mudik harus berjibaku, dengan penumpang lain hanya sekedar mendapat tempat yang bisa menyenderkan tubuh. Kalau mau melaju dari Depok ke Jakarta harus berpeluh ria, menggelantung di pinggir pintu, belum lagi sering melihat kenyataan hampir setiap saat melihat mayat yang  tertutup koran di pinggiran rel.

Itulah nostalgia naik kereta, pengalaman suka dan duka itu membekas dan menjadi sejarah hidup yang susah terlupakan.  

(Nanti saya cerita lagi  pengalaman naik kereta Komuter dan Kereta jarak jauh)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun