Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menggugat Anak Presiden, Akademisi Masuk Pusaran Politik Indonesia

14 Januari 2022   08:17 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:20 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampilnya Ubaidilah Badrun membuat politik tanah air semakin memanas, banyak bola liar kait mengait yang membuat para netizen saling tuduh bahwa ada aktor dibalik upaya lapor melapor tersebut. 

Ada yang mengaitkan dengan gencarnya pemerintah mengejar utang para konglomerat pengusaha yang dulunya berutang ke negara dan sampai saat ini tampaknya macet. Para bohir itu berusaha menghalangi pengusutan dan penuntutan dengan menggerakkan oposisi untuk melawan pemerintah dengan cara apapun.

Maka saat ini perang media sosial semakin memanas, banyak konten kreator saling serang, saling mengklaim kebenaran menurut  versi masing-masing. Sebagai penulis blog saya berusaha memberikan opini berimbang, meskipun secara jujur saya katakan saya punya pilihan terhadap kasus politik yang muncul, ada hati nurani yang berkata, ada kecenderungan secara politis terbaca dari setiap tulisan saya.

Kalau melihat perdebatan di media sosial banyak netizen cenderung emosional membabi buta membela, atau mati-matian menyerang tanpa logika. Entah benar- atau tidak. 

Apalagi para buzzer bayaran yang jarang menyertakan logika dan akal selain membela yang bayar, asal beda. Ini yang saya amati di kolom komentar media sosial. Fenomena keterbelahan, gejala- gejala penyakit sosial, hubungan relasional antar manusia ini seharusnya menjadi konsentrasi ilmuwan sosiologi. Ini yang menjadi wilayahnya dosen sosial termasuk sosiologi.

Jika menilik Prodi yang diampu Badrun sebagai dosen sosiologi politik, memang wajar banyak berkecimpung dalam bidang- bidang politik. Namun sebagai akademisi maka seharusnya ia netral, melihat politik sebagai  bagian dari dinamika masyarakatnya. Apalagi politik di negara berkembang. Saya sih menyayangkan banyak akademisi yang akhirnya cenderung larut dalam keberpihakan, membuat blunder dan membuat kajian ilmu pengetahuan menjadi bias karena ditarik ke ranah politik praktis, agamapun yang sebetulnya netral di Indonesia cenderung masuk  dalam pusaran politik.


Semoga masyarakat semakin kritis dan mampu melihat dengan jernih fenomena lapor melapor ini. Tidak terseret dalam arus perbedaan pandangan. Di masyarakat mereka tetap bisa berkomunikasi baik tanpa muncul sekat- sekat politik yang membuat relasi antar manusia menjadi terhambat hanya karena afiliasi politik. Bagi kita setiap orang berhak memilih menurut hati nuraninya. Kalaupun akhirnya mempunyai pilihan politik tidak membuat masyarakat terbelah dalam kubu-kubuan. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun