Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bung Valentino Simanjuntak Terjebret Netizen (Anti) Komentator Hiperbola

15 April 2021   14:52 Diperbarui: 15 April 2021   14:56 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin maraknya media sosial dan para komentator dan pegiat media sosial yang kritis dan galaknya minta ampun tampaknya haus korban. Sampai termehek - mehek mereka tidak akan puas membuli pada orang - orang yang sedang berada di ruang amatan mereka. Masih ingat Panitia All England yang kena serbuan komentar super pedas, pasangan Gay Thailand, semua public figure kalau tidak hati - hati kena sentil netizen. 

Maha benar netizen Indonesia yang sungguh luar biasa sibuknya, mengamati rona keanehan negeri yang tengah kelebihan gizi pada otak mereka, terutama jari mereka yang menari - nari menerakan kata - kata, membuat status yang membuat panas kuping para pesohor. 

Kalau Jokowi saya pikir sudah kenyang dengan sindiran dan kritikan di media sosial yang kadang kadang sama - sama lebay cuma tidak sadar.

Apapun salah dan keliru yang penting ngeyel, masalah hati dan kebenaran data saat jarinya njebret tidak penting, yang penting bisa mengumpat, atau memperdaya merupakan kepuasan tersendiri. 

Kali ini Bung jebret yang kena sambaran sentilan dari yang terhormat para netizen. Bermula dari akun fans klubnya Bali United yang menyindir komentator Bung Valen sebagai komentar hiperbola saat mengomentari pertandingan Piala Menpora atau istilah komentar netizen lebay.

Banyak yang menilai bahwa komentar bung Valentino terlalu dominan hingga mengganggu fokus untuk melihat pertandingan itu sendiri. komentar khasnya Jebret hampir selalu diucapkan tiap 1, 6 menit. 

Dan banyak yang menilai bahwa pertandingan sepak bola lebih condong sebagai hiburan saja sisi edukasinya sedikit, terutama mereka yang ingin mendengarkan analisis bola dari segi teknis dan pola permainan.

Wajar sih dalam sebuah pertunjukan jika terlalu berlebihan akan mendapat berbagai tanggapan. Dari cuitan dari admin Bali United muncul tagar #Gerakan Mute Massal, menanggapi tayangan sepak bola di Indosiar yang cenderung terlalu berisik akibat dominasi suara dari komentator.

Menurut opini saya komentar dari Bung Jebret masih wajah, sebab pernah mendengar juga di liga Brasil dan umumnya di Amerika Selatan saat bertandingan berlangsung juga berisik mirip dengan yang dibawakan oleh Bung Valentino.

Kalau penulis lain menganggap bahwa komentar Bung Vale terlalu berisik malah saya suka sebab sering muncul istilah mengagetkan yang bikin saya terbahak- bahak. 

Bukan menonjolkan nasionalisme atau maaf dengan para pengamat yang begitu serius melihat pertandingan sepak bola, Kalau sepak bola Indonesia dibawakan biasa saja, agak boring dan membosankan, dengan munculnya komentator seperti Bung Jebret jadi ramai dan seru. Mungkin banyak yang  gatal dan agak risi dengan cepatnya komentator membahas tentang jalannya pertandingan.

Kalau telinga saya biasa mendengar suara bung Vale malah kalau tidak ada komentar dari Bung Jebret rasanya sepi...Tapi memang hak penonton untuk bisa menyaksikan pertandingan dengan serius. 

Saat ini rasanya memang sepi penonton sehingga kamera yang tersorot lebih fokus ke pertandingan, dulu gambar -- gambar lucu, tembakan kamera ke suporter juga amat terhibur dengan berbagai tingkah laku penonton yang heboh. Maka tugas komentator untuk menghidupkan suasana.

Yang tidak suka pada komentar dari Bung Vale juga dengan gerakan mute massal silahkan saja tapi saya tidak akan ikut- ikutan kalau tidak suka ya tinggal pindah cannel, kecuali saat itu pertandingan sepak bola tengah memainkan pertandingan dari klub vaforit. 

Kalau melakukan gerakan massal untuk melakukan protes pada hiperbolanya komentar bung Vale bagi saya tidak ingin menutup rejeki orang. Kalau pertandingan tanpa suara rasanya sepi kurang seru dan aneh. 

Anggap saja suara bung Vale adalah hiburan, ya memang mungkin level saya sebagai penonton lebih senang sepak bola sebagai media hiburan, dan komentar dari Bung Valen anggap sebagai bumbu pertandingan.

Dari dulu saya memang terhibur dengan komentar dari Bung Valentino Jebret. Mungkin saya termasuk tipe penonton sepak bola yang butuh hiburan maka aneh jika sepak bola tanpa komentar. Maaf saya tidak ikut arus. Saat serius saya adalah ketika saya tengah menulis review tentang sebuah pertandingan. 

Hehehe... Mata masih bisa konsentrasi melihat para pemain melakukan dribbling, dan diving serta umpan - umpan terukur, Ayo giring dan berlari kencang mirip badai gurun, masuk terperangkap dalam kurungan masalah kehidupan, hingga kemelut di gawang melahirkan huru hara yang jebreeeeet ..... ah ternyata bolanya masih mencari penonton cantik yang ternyata halu dan khayalan.

Sebab di tribun penontonnya kursi kosong. Kalau ada sekelebatan penonton cantik mungkin Nyai Roro Kidul yang kebetulan lewat di tribun.... Hahaha....maaf jangan marah dengan penonton halu seperti saya yang mengidolai Bung Vale Jebret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun