Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tidak "Elok" Berhenti Menulis Setelah 1000 Tulisan

16 Desember 2020   09:24 Diperbarui: 16 Desember 2020   09:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya aku ingin berhenti menulis di Kompasiana pas setelah 1000 artikel. Aku merasa sudah mencapai prestasi lebih dari lumayan untuk seorang guru seperti aku. Kalau pegawai negeri pointku sudah tinggi untuk dimasukkan dalam butir - butir untuk menambah angka  naik jabatan, naik pangkat. 1000 tulisan itu bukan kaleng- kaleng. Diperjuangkan dan ditulis dalam rentang waktu 11 tahun sebentar lagi.

114 artikel yang boleh dikatakan puncak prestasi tertinggi Kompasiana yaitu artikel Headline. 669 artikel pilihan dan lainnya dapat dikatakan kurang diperhitungkan. Apa masalahmu ketika mencoba memutuskan berhenti menulis? Sebetulnya bukan berhenti menulis untuk diriku. 

Hampir setiap hari aku terus merangkai kata, menulis cerita bersambung dari novel yang sedang saya tampilkan di aplikasi novel. Beberapa sekaligus. Terus terang bisa dikatakan aku sudah addict, susah move on dari menulis. Meskipun tidak menulis di Kompasiana bukan berarti aku tidak menulis.

Namun ternyata ada yang selalu kurindukan untuk membuka halaman - halaman Kompasiana. Meskipun berbulan - bulan ini tidak pernah mendapatkan sesuatupun dari Kompasiana, sementara banyak teman yang tersenyum karena mendapat reward hampir tiap bulan.

Se kualitas apapun tulisanku, aku merasa, ada batasan pembaca yang membuat artikelku hanya berkisar 100 an. Sudah kuperjuangkan untuk meningkatkan kualitas, meningkatkan mutu isinya. Tapi Kompasiana rasanya "pelit" untuk sekedar mengatrol perolehan view. Rasanya aku seperti dianaktirikan, disisihkan untuk memberi kesempatan mereka yang lebih cetar membahana dalam menaikkan rating dan menambah iklan Kompasiana.

Rasanya ada kekecewaan, menggantung dalam jiwa ini. Makanya kadang semacam ada pertanyaan apakah aku sudah tidak diperlukan di Kompasiana ini? Aku mesti bertualang di tempat lain untuk terus bisa menulis dan terus bisa menginspirasi. Tapi, ternyata rasa cinta kepada Kompasiana membuat aku tetap ingin hadir meskipun aku harus menyingkirkan rasa - rasa yang mengganjal. 

Mungkin aku saja yang harus berubah, lebih fleksibel, lebih luwes, lebih sering bergaul agar Kompasiana memberi kesempatan lagi mendapatkan reward sekedar penyemangatku untuk menulis. Sebetulnya bukan karena uang satu - satunya aku bersemangat menulis. Kalau karena uang pastilah aku sudah kabur dari dulu. Di Kompasiana tidak mungkin mengharapkan uang lebih. Apalagi aku yang untuk kompetisi menulispun lebih banyak kalahnya daripada menangnya. Ah, kenapa melankolis sekali kamu?

Aku seperti pasukan tua, barisan penulis bangkotan yang tertatih - tatih mengejar prestasi anak muda yang gilang gemilang. Harus bisa menulis setiap saat sepanjang hari untuk bisa mempertahankan eksistensiku di Kompasiana sebagai penulis yang konsisten dan produktif untuk bisa mencapai reward yang diinginkan. Perhitungan Page view, keterbacaan membuat kadang penulisnya menjadi frustasi jika tidak mencapai target. 

Tapi dari tulisan sampai 1000 itu membuktikan bahwa aku bukan sekedar mengejar reward tapi lebih pada perjuangan untuk literasi, perjuangan untuk membuka mata pembaca bahwa butuh konsistensi untuk bisa menulis. Tidak bisa instan untuk bisa langsung nangkring di sebuah tempat yang tinggi kalau tidak karena semangat berbagi, semangat untuk selalu menginspirasi menurut kemampuan masing masing. 

Pak Tjiptadinata Effendi, lebih luar biasa di usianya yang jauh lebih senior dari saya beliau masih terus menebarkan kebaikan lewat literasi, tidak pernah absen untuk terus menulis. Dan buah konsistensi itu ada penghargaan sebagai maestro, sebuah pencapaian menulis yang susah di kejar oleh aku yang tidak sekonsisten Pak Tjipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun