Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenapa Harus Rusuh, Demonstran?

9 Oktober 2020   12:52 Diperbarui: 9 Oktober 2020   13:16 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
serambi indonesia.tribunnews.com

Sudah beberapa bulan ini saya malas membaca berita terutama tentang pemerintahan, politik, partai dan sepak terjang para politisi. Banyak isu yang terlewat, banyak berita-berita yang simpang siur membaur dalam ingatan. Apakah tidak tertarik dengan isu terkini? Bukannya setiap penulis atau pemerhati harus sering mengikuti berita tren yang membuat ide mengalir deras?

Demonstrasi dan Kepentingan Politik

Masalahnya sekarang politisasi ada di mana-mana. Apapun ujung- ujungnya dikaitkan dengan politik. Yang terakhir adalah demo massa buruh ditambah mahasiswa dan pelajar berujung rusuh. Sejumlah fasilitas umum yang mahal biayanya dirusak. Lampu merah, pos polisi, halte busway mendapat sasaran. Kalau tujuannya demonstrasi menyalurkan hak demokrasi, hak berpendapat mengapa harus rusuh. Menurut informasi demo disusupi oleh provokator salah satunyanya adalah anarko yang seringkali membuat fasilitas umum rusak, main corat coret tembok, membuat fasilitas yang sebelumnya terlihat indah menjadi berantakan dan lusuh.

Apa yang dicari sih anak muda. Dengan merusak,  mencoret fasilitas umum apakah memecahkan persoalan. Bisa jadi dengan membakar ada kepuasan, ada adrenalin yang dipacu sehingga menimbulkan sensasi luar biasa bagi gelegak anak muda. Namun dampak dari perusakan fasilitas umum selain merugikan pemerintah, merugikan masyarakat juga merugikan diri sendiri.

Jika ditanyakan satu persatu pada para demonstran apa sih yang didemokan? Apakah kalian sudah membaca keseluruhan tentang isi undang - undang yang kalian kritik. Bisa jadi saya setuju bahwa sepak terjang pada wakil rakyat saat ini memang mengecewakan. Mereka bukan wakil rakyat, lebih dekat ke wakil partai. Namun anarkisme dalam demonstrasi tetap saja membuat luka dihati rakyat juga.

Jika melihat foto-foto yang diupload di medsos, melelehnya lampu merah yang dibakar, hancurnya pos polisi, hancurnya halte baru yang belum sempat dipakai ditengah pandemi yang masih berlangsung. Hati saya sebagai warga negara merasa hancur, sedih. 

Sebegitukah orang-orang yang merasa diri paling benar, paling terdampak akibat undang-undang cipta kerja hingga akhirnya malah mengganggu sendiri kesempatan investor menanamkan saham yang negerinya dipenuhi oleh demonstran yang lebih menginginkan negaranya stagnan, tidak mau maju, tidak mau berubah ke arah yang lebih baik.

Perubahan Zaman dan Demo Rusuh yang Berulang

Perubahan zaman itu tidak mungkin dihindari, pemerintah pasti telah berhitung terhadap dampak dari undang- undang cipta kerja. Memang tetap ada korban dari kebijakan, sebab tidak ada keadilan yang benar- benar menguntungkan semua pihak.

Kebetulan saya bukan buruh saya adalah berlatar belakang guru, secara tidak langsung juga terdampak dengan adanya perubahan akibat kemajuan zaman. 

Namun, kalau hanya menekuri kecilnya gaji, dampak pandemi yang kapan selesainya saja tidak tahu, lalu marah - marah kepada wakil rakyat, kepada pemerintah, kepada aparat ya tidak berkembang. Ada banyak peluang yang masih bisa dilakukan. Salah satunya menulis, memaksa diri berpikir jernih, mendorong diri sendiri untuk tidak larut dalam perasaan putus asa. Masih ada jalan kalau kerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun