Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Kompasiana Memanggilku Kembali

27 Mei 2020   15:25 Diperbarui: 27 Mei 2020   15:21 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana dan aktivitasnya, event Kompasianival tahun lalu (dokumen pribadi)

Seminggu lebih tidak menulis di Kompasiana. Kangen juga rasanya tidak ikut  cawe cawe menyumbang opini pada platform blog ini. Bukan berarti aku lupa menulis, tetapi ada obsesi pribadi yang sedang kujalankan. Yaitu menulis Novel. Setiap waktu luang aku seperti mengejar peluang untuk menulis setidaknya dua ribu sampai 2500 kata sekali duduk. Dari seminggu itu aku bisa menulis sekitar 6 chapter dengan kisaran sampai 11 ribu kata.

Di masa pandemi kesempatan menulisku memang banyak maka apapun kata hatiku ya nurut -- nurut saja. Menulis di Kompasiana itu seperti sebuah ritual, ada yang hilang jika tidak menulis sama sekali, Maka aku akan selalu mencari tema- tema yang menarik untuk kujadikan tulisan.

Kompasiana itu seperti dadah dadah, memanggilku untuk mengisi lembar demi lembar tulisan meskipun aku seperti tergagap dan bingung harus menulis apa, biasanya semangat dan tulisanku terus melaju meskipun kadang tidak terpikirkan idenya seperti apa.

Banyak tema, banyak tren berita yang bisa dijadikan topik bahasan, tapi entahlah aku hanya ingin menulis ngawur, menulis yang muncul dari pikiran, yang tiba tiba antri untuk kuketikkan di komputer. Pelan pelan baris kalimatnya terisi, dan berbagai ide berloncatan tidak teratur.

Kompasiana memberiku kesempatan untuk mengembangkan pikiran, memungut ide -- ide yang tercecer dan memberi waktu untuk menata pikiran sehingga mendapatkan tema yang pas. Walau kini rasanya terasa lumpuh jika harus mengejar artikel Utama, aku ingin menikmati masa jeda beberapa hari ini untuk membangun semangat agar aku bisa kembali menulis dengan tema- tema yang pas untuk platformblog semacam Kompasiana.

Bagiku menulis adalah petualangan dari segenap rasa.Saya rehat menulis di kompasiana karena sesuatu telah menohok dan menghunjam nurani. Suara -- kritis itu bergema ketika ada obrolan serius dari pasangan yang mengatakan apakah penulis itu adalah orang yang individualis, yang hanya bisa dimengerti oleh sesama penulis, tetapi amat asing bagi orang yang awam di dunia menulis.

Dunia tulis menulis itu seperti dunia bagi penyendiri yang terlalu asyik hingga lupa waktu bahwa ada teman, saudara, anak, istri  dan teman -- teman berharap masih ada sapaan hangat, ada teman yang menemani minum teh dan memberi pencerahan dengan saling berbincang dari hati ke hati. Rasanya penulis hanya berbincang dengan kata, mengembara dalam dunia tersendiri, khayalan dan kesunyian  yang memberi ide bagus untuk terus menulis, menulis dan menulis.

Bahkan ketika diajak bicara, mata jiwanya masih terpaku oleh tokoh rekayasa yang menari -- nari dalam pikirannya. Maka sungguh menjengkelkan penulis yang hanya berkutat pada mesin ketik, laptop tetapi tergagap oleh dunia luar yang butuh teman bicara, teman ngobrol dalam satu titik pandang. Kompasiana bagaimanapun sudah menjadi rumah tempat tepuk salam, berbagi kehangatan dan informasi dari ujung dunia satu ke ujung dunia lainnya. Alangkah cepatnya menyapa penulis yang ada di Australia, Jepang, Thailand, Jerman Hongkong. Mereka bisa bercerita menurut sudut pandang sendiri dari lingkungan yang memberi mereka ide.

Aku yang di rumah saja merasa bisa jalan -- jalan ke pusat kota Tokyo, Kyoto atau bahkan tiba -- tiba ke Bremen, meloncat lagi ke Australia memandang hamparan pantai di Brisbane atau jalan -- jalannya yang rapi, beda dengan jalan -- jalan di Jakarta sebelum pandemi yang penuh hiruk pikuk, tidak pernah berhenti dari pagi sampai malam.

Kompasiana telah memanggilku kembali menulis apa yang perlu ditulis, kembali menyapa dan bertegur salam. Nak kau kembali, Pak Dhe akhirnya kau nongol, Dik Ke mana saja kau selama ini?Hatiku tengah mengendapkan rasa, membaca dan menyimak saja. Sesekali berhenti dari cepatnya manusia menumpahkan ide dengan deretan kata- kata entah bohong entah jujur, yang menulis dan mencari -- cari tema yang cocok untuk bisa dilirik dan dijadikan rujukan untuk kembali lagi asyik masyuk dalam dunia tulis menulis.

Jangan rindu, cukup aku saja yang rindu, sebab betapa beratnya menahan rindu setelah sekian lama tidak ikut nimbrung dalam berbagai perdebatan dan pergolakan manusia manusia yang masih terkurung dalam bayang -- bayang Corona yang masih akan mencuri kesempatan untuk menjungkalkan harapan menjadi ketakutan. Semoga dunia kembali pulih dan manusia tidak lagi terninabobokkan oleh angin semilir yang menyerempet pori -- pori kuping dan mengelus- elus bulu mata. Sekali larut dan tergoda maka ide terjungkal dan tidak bisa berharap lagi mendapat bantuan dari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun