Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjadi Penulis Jangan Baperan!

11 Mei 2020   07:46 Diperbarui: 11 Mei 2020   07:51 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:Pexels/victoriaborocinova

Aku bingung juga mau menulis apa, yang urakan, mulitik atau sekedar menulis tanpa juntrungan. Bagiku ketika sudah memelototi Laptop paling tidak sudah kutulis artikel mentahan. Mula -- mula ingin menulis dengan judul Menjadi Penulis Jangan Baperan. 

Tapi dipikir- pikir dengan baperan aku bisa menulis panjang. Bisa mengarang novel dan menuliskan baris- baris puisi yang sentimentil. Bukannya ketika sepi dan sedang patah semangat seorang penulis bisa menumpahkan ide banyak tentang kegalauannya. Lalu aku mau menulis apa. 

Ingin menulis tentang politik tidak punya referensi yang cukup untuk membahas isu -- isunya. Kalau menulis kanal biasa ya tahu sama tahulah hanya viewnya amat sedikit, sering jengkel dibuatnya.

Tapi harus menulis, iya menulis tapi menulis tanpa ujung pangkal jadi apa? Ya jadi tulisanlah memangnya jadi perkedel. Baiklah, aku ingin menulis suka- suka saya, yang penting selesai. Kalau menulis nakal sedikit nanti jadi pergunjingan, dan disentil admin bagaimana.

Ah bawel, menulis ya menulis saja kenapa harus cari -- cari alasan, sebel terlalu banyak mengeluh sih kamu.!Nah lo kok aku jadi bertengkar sendiri dengan nuraniku. Kalau bertengkar kapan aksinya. Hanya berkhayal tanpa aksi percuma.

Oke baiklah, Kuputuskan menulis judul yang kukarang barusan yaitu menjadi penulis jangan baperan, sedikit sedikit mengeluh, pembacanya sedikit kek, Admin, atau redakturnya pilih kasih kek, atau gaya menulisnya terlalu konvensional, tidak menarik, terlalu datar, seperti opini di media mainstream, tidak ciamik. Gubrakkkk. Banyak komentar mas bro.


Jangan Tulis Tulisan Biasa Saja!

Pilih diksi yang beda, buat judul yang cetar membahana, buat admin jantungan. Sebab kalau biasa mata adminnya yang hanya sepasang dua pasang tentulah terbatas dalam memelototi artikel yang tiap minggu jumlahnya ribuan, tiap menit berapa artikel berjubelan masuk.

Kalau tulisan hanya biasa saja, tidak greget, tidak menimbulkan daya tarik untuk dibaca dalam hitungan jam ya lenyap saja. Tidak istimewa, paling pembacanya ya kamu, kamu dan kamu lagi. 

Penulisnya sendiri yang ngelus dada karena amat sedikit yang membaca. Kalau begini kapan berkembang, kalau begini, bagaimana bisa mendapat reward, kalau begini mengapa capek- capek menulis, sambil mencari bahan di koran, di media lain, di perjalanan, di lingkungan tempat tinggal. Kalau ujung- ujungnya yang baca kisarannya hanya 50 an bagaimana puas. 

Ini sih sebuah kesia -- siaan. Apa tidak tahu bahwa sudah lama saya menulis begitulah bathin para penulis. Apa tidak tahu bahwa bahwa saya senior. Ah gombal. 

Ukuran keterbacaan bukanlah karena senior atau tidak senior. Ada sisi unik dari bacaan itu yang membuat artikel ditempatkan di jajaran terhormat, sebagai artikel utama misalnya, atau artikel yang dipajang selama semingguan di halaman depan.

Kalau mau menuntut ngaca dulu apakah sesuai dengan kemampuanmu, atau hanya iri saja dengan nasib baik penulis -- penulis yang langganan Headline. Ah dari kemarin kau memasalahkan itu! bosan. 

Menjadi penulis jangan melow lah sedikit- sedikit ngeluh, sedikit -- sedikit ngambeg, mbrebes mili sedih karena artikelnya hanya dibaca oleh puluhan pembaca, padahal media ini khan skalanya nasional. Yang benar saja. 

Bagaimana dengan sistemnya, bagaimana dengan marketingnya. Apakah hanya dilirik oleh sebagian kecil pembaca yang masih disibukkan oleh peristiwa besar tahun ini. 

Wabah Korona, apakah telah melenyapkan kemampuan berimajinasi, lebih suntuk  bicara tentang ancaman virus, ketakutan -- ketakutan untuk tertular dan membuat hidup selalu dibayangi ancaman.

Sudahlah menjadi penulis itu siap dengan segala konsekwensinya. Tidak perlu baperan, cukup bekerja maksimal, mencari, ide, membuat otak lebih kreatif. Kau sedang menasihati siapa sih para penulis kompasiana ini, atau siapa? Ya siapa saja yang merasa.  

Kalau mau sukses jadilah penulis yang tangguh setangguh Pramoedya yang tidak takut harus dibawa ke pulau Buru, tempat pembuangan tahanan politik dan penganut komunis (katanya).

Ketangguhan penulis diperlukan untuk melawan kemalasan dan berbagai kendala. Untuk menjadi sukses itu harus tabah (katanya) tidak mutungan (kata tetangga) dan tangguh(kata motivator). Ya sudah tidak usah banyak cakap dan nasihat nanti pembacanya malah bosan.

"Ya, pembaca akan lebih penasaran dengan nasihat seperti ini Mas Bro."

"Bukan ini nasihat cocoknya untuk kamu?"

"Kenapa?"

"Karena kamu baperan."

"Baperan dari mana? Saya menulis khan berdasarkan fakta di lapangan. Banyak penulis yang mengeluh artikelnya yang membaca hanya sedikit, padahal harusnya khan pembacanya bejibun. Media terkenal kok pembacanya sedikit?"

Artikel yang Kekinian dan Unik

Itu strategi kamu yang kurang, cari artikel yang nyamleng untuk dijadikan artikel model, yang layak nangkring di singgasana atas. Paling tidak artikelmu up to date, kekinian, mengikuti berita- berita di media, sedikit mulitik supaya banyak yang baca. Kamu tidak tahu tipe pembaca sekarang? 

Coba tulis judul dengan nama -- nama yang lagi hits Rocky Gerung kek, Fadly Zon, Denny Siregar, Habieb Rizieq. Nama- nama itu sedang booming dan banyak bikin penasaran, maka mereka melirik, menengok dan membacanya (walau sedikit , tidak tuntas ).

"Apa untungnya menjadi penulis baperan kalau hanya ada masalah sedikit mengeluh?"

"Hai itu kamu Mas Bro, kamu yang sering menulis keluhan tentang view, tentang susahnya nembus Headline, Jangan- jangan mimin lupa namamu, sehingga melewatkan kesempatan mendapat anugerah AU?"

"Au ah gelap."

Dulu pernah tersebut nama pakdhe Kartono. Tulisannya selalu renyah dan enak disruput kata- katanya. Itu dulu. Sekarang tatapannya ke depan. Kalau penulis kreatif pasti tidak mudah menyerah oleh banyaknya test kesabaran itu karena selalu ada solusi untuk melepaskan diri dari tulisan yang membosankan.

Ya sudah, saatnya menata hati, tulis artikel yang enak dibaca, tulis saja tanpa berpikir bahwa tulisan itu muaranya ke Headline, kalau tidak headline terus mutung, tidak mau nulis lagi. Optimis perlu agar selalu ada jalan untuk berkembang menjadi lebih baik.

Jadi judul yang cocok untuk tulisan ini apa? Sepakat untuk menulis Menjadi Penulis Jangan Baperan? Sebentar, sebentar saya takut kalau diblokir saja, ini khan tulisan receh, penuh keluhan penuh kritikan apakah lolos? Positif Thinking saja, malah bang dan mbak mimin tersenyum dengan tulisanmu.

"Hehehe...bangun ! kok Ndleming dan nglindur nyebut mbak Mimin..Ngimpi apa mas ...eh jangan -- jangan kau mulai...?!" Heheh aku bangun dari mimpi diskusi tentang menulis. Waduh persoalan menulis saja sampai terbawa mimpi.

"Sana, Cuci muka agar otakmu segar, Mas...Awas kalau nglirik -- nglirik itu namanya siapa Mimin ya.... "Istri saya tidak tahu kalau Mimin yang dimaksud itu pengelola Kompasiana.

Hehehe. Ya sudah daripada ngalor ngidul nulisnya sudahi saja dengan quote manis dari Buya Hamka. Menulislah dan biarkan tulisanmu Mengikuti takdirnya ! Semoga takdir tulisan ini bagus. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun