Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sama -Sama Masuk Sejarah, Pilih Jadi Bandar Narkoba atau Penulis?

18 April 2020   21:21 Diperbarui: 18 April 2020   21:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumberdiambil dari kliping sastra.com dari cerpen sunggingraga

Memiliki dan mengkonsumsi Narkoba itu nikmat, bikin candu alias ketagihan, alias dapat menikmati kebahagiaan sesaat. Obat -- obat itu bikin fly, bikin enjoy, senang luar biasa. Selanjutnya akan menjadi sakau jika tidak kembali mengkonsumsi Narkoba. Maka ketika orang sudah kecanduan, keluar masuk penjarapun  tetap dinikmati. 

Setelah menjalani dan terjerat dalam kenikmatan pecandu amat susah melepas kenikmatan itu. akhirnya ketika dosis meningkat dan manusia tidak saja hanya mencicip dengan coba- coba, akhirya malah menjadi kecanduan sangat tergantung dengan benda kecil tersebut.

Mereka yang sudah kecanduan narkoba rata- rata setelah ditangkap kembali lagi mengkonsumsi. Sistem otak yang biasa mengkonsumsi Narkoba tidak lagi sama. 

Pada beberapa kasus pecandu shabu otak telah dipacu melewati batasnya. Otak mengalami keusan hingga menyebabkan struktur otak tidak lagi muda. Meskipun bada terlihat muda tetapi otak yang dipacu lebih cepat akibat obat perangsang dan pemicu kebahagiaan tanpa kenal istirahat akan mengalami pengeroposan. 

Ada ketergagapan, ketidakseimbangan sehingga pecandu shabu, Narkotika akan tetap mengalami cacat bawaan. Mereka harus selalu diingatkan, diberi pendampingan untuk tidak lagi mengkonsumsi obat. 

Karena para pecandu akan rentan terhadap penyakit mental dan psikis. Nama pecandu narkoba memang tercatat sejarah. Mereka bagian dari orang- orang yang pernah menjadi korban obat -- obatan terlarang. Bagi artis mungkin beritanya sempat viral karena pernah ditangkap, dipenjara dan direhabilitasi.


Para pecandu adalah korban dari lingkaran setan kehidupan. Dari coba- coba terus ketagihan, dari pengaruh teman menjadi pecandu yang sudah menghabiskan banyak harta hanya karena ingin selalu membeli obat itu bagaimanapun caranya. 

Artis -- artis mengkonsumsi narkoba antara lain untuk meningkatkan stamina, kuat melakukan shooting jangka panjang yang melelahkan, ingin melepas stres akibat tekanan berat sebagai publik figur. 

Ada yang shock dari bintang yang selalu disorot dan diperhatikan kemudian sepi job dan akhirnya melarikan diri dengan mengkonsumsi narkoba.

Mereka merasakan surge sesaat, fly dan bisa melupakan sejenak masalah yang menderanya. Tetapi efek jangka panjang para pecandu obat itu luar biasa. 

Meskipun sudah keluar masuk penjara tidak juga jera untuk mengkonsumsi lagi. Di penjara hanya menunda waktu, sedangkan mereka masih begitu tergantung dengan obat, sebab kalau tidak ia bingung harus apa, otaknya sudah dipicu terlalu jauh hingga, untuk kembali normal amat sangat susahnya. 

Tio Pakusadewo dan Roy Martin, dan beberapa artis papan atas pernah dan masih terjerat untuk memakai narkoba. Roy Martin mungkin sudah tobat setelah 3 kali lebih keluar masuk penjara gara- gara tertangkap memakai obat terlarang. Pencipta lagu dangdut Mansyur S masih saja susah akibat ketergantungannya pada obat -- obat itu. Sebagai artis mereka sudah masuk sejarah. Disamping sejarah manis juga sejarah kelam. Dan yang manis itu tenggelam oleh cerita kelamnya.

Bagaimana dengan penulis, orang yang asyik dalam kata- kata dan kalimat- kalimat. Pada penyusun dan pencipta syair -- syair puitis. Para pewarta berita viral yang membuat pembaca bisa adem panas dengan isu -- isu yang tengah berkembang. Penulis juga kecanduan bila dalam jangka waktu lama tidak menulis. Seperti ada yang hilang, seperti ada yang kosong, seperti ada yang aneh dengan dirinya saat tidak menulis.

Tetapi sungguh terlalu jika saya menulis membandingkan pecandu narkoba dengan penulis. Seperti tidak nyambung, seperti tidak sinkron. Tetapi ada keterkaitan antara penulis dan pecandu obat. Jika seorang penulis sudah biasa rutin menulis, ia merasa sakau jika tidak menulis dalam sehari. 

Pecandu narkoba sama ia akan bingung bila obatnya habis, otak buntu, sakau dan blingsatan. Persis seperti penulis, mereka akan merasa tertekan menderita, sunyi, sepi  ketika tidak menulis. 

Bagi mereka  para penulis,tidak menulis berarti ada kekosongan dalam jiwa dan pikirannya. Ia mesti menciptakan kata agar tidak terkubur oleh sejarah. Semakin rajin menulis maka ia semakin tercatat dalam sejarah. Meskipun kadang tidak disadari penulis, ia telah mengabadikan nama entah di buku atau blog. 

Mereka telah mencatatkan periode sejarah dalam abad yang dilaluinya. Semakin sering menulis dan menelurkan buku, ia menjadi bagian penting sejarah. 

Dunia akan mengingatnya selalu.  Pernah dengan William Shakespeare dunia akan mengingatnya sebagai pencipta karakter dan cerita Romeo dan Yuliet. J K Rowling akan selalu terkait erat dengan cerita Harry Potter. H C Anderson akan selalu diingat sebagai penulis dongeng- dongeng Eropa. Ernest Hemingway, Anton Chekov, Agatha Christie, Enyd Byliton, Karl May, Paulo Coelho, Rabindranat Natagore, adalah bagian dari sejarah yang akan selalu membekas abadi.

Jadi jika ingin masuk sejarah apakah kau menginginkan menjadi Bandar narkoba paling yahud, pecandu yang selalu keluar masuk penjara atau menjadi penulis yang akan selalu dikenang dengan judul tulisan, novel dan karyanya, atau Quote nya yang melegenda.

Pramoedya yang pernah dipenjara akan selalu dikenang harum karena tulisan- tulisannya yang menginsipirasi. Penyair Lebanon Kahlil Gibran akan selalu dikenang dengan syair- syair cintanya yang melegenda. Coba ingat Bandar narkoba paling keji di dunia. Pablo Eskobar atau siapa pemimpin sindikat Narkoba terbesar tidak penting. Jauh lebih penting obatnya bagi mereka para pecandu daripada siapa yang pertama kali membuat narkoba.

Jadi meskipun perbandingannya tidak adil pembaca tentu akan memilih menulis daripada menjadi pecandu narkoba. Rasa candu pada menulis lebih mengasyikkan dan sehat daripada ketergantungan pada narkoba yang bisa membuat otak cacat. Jauh lebih elegan menjadi penulis yang meskipun tidak seterkenal Kahlil Gibran tetapi paling tidak sudah membagikan nilai -- nilai kebaikan lewat tulisannya. 

Selalu ada yang mengingat tulisan -- tulisannya meskipun hanya lingkup lokal bahkan hanya keluarganya yang selalu membuka lembaran artikel yang pernah ditulis penulis entah ayah, kakek atau keluarganya di masa lalu.

Jauh lebih terhormat menjadi penulis meskipun kisah hidupnya adalah refleksi kehidupannya semasa masih hidup yang selalu dipenuhi rasa sunyi, sepi karena tidak banyak teman atau rekan segenerasinya yang tahu lompatan pemikirannya dan baru sadar ketika peristiwa telah berlalu lama. Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun