Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

10 Tahun Bergabung Kompasiana Apa yang Kudapat?

27 Januari 2020   23:38 Diperbarui: 27 Januari 2020   23:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Ini 27 Januari 2010 tepat 10 tahun lalu aku tercatat sebagai warga baru Kompasiana, tidak terasa menapak tahu tahu sudah 2020. Bagaimana perasaanku bisa gabung Kompasiana. Tentu senang, sekaligus berdebar- debar. Senang karena bisa belajar banyak dari para penulis penulis baik pendatang baru maupun senior yaitu mereka yang benar benar disebut penulis. 

Aku sih sebenarnya tidak baru- baru amat menyenangi dunia tulis menulis, sebelumnya saya pernah menulis di blog khusus organisasi yang saya ikuti, menulis di warnet, menulis spontan dengan audience terbatas.

#guekompasianer (dokpri)
#guekompasianer (dokpri)
Pengalaman aku juga pernah menjadi kontributor majalah ketika komputer belum begitu familiar bagiku, aku masih menggunakan mesin ketik dan hasilnya kukirim dengan pos. 

Jika menerima honor menulis  aku mendatangi kantor redaksinya atau dengan wesel (wah jadul banget ya). Bunyi mesin ketik itu unik dan jika banyak salahnya maka tidak bisa langsung dihapus seperti halnya mengetik word di komputer. Aku harus menyiapkan tip - ex atau harus mengetik ulang, ribet khan tetapi ada banyak seninya.

Maaf sepertinya aku sombong menceritakan secara flash back tentang latar belakangku mengapa aku suka menulis. Apa yang kutulis itu semata- mata ingin membesarkan hatiku sebab bergabung di rumah Kompasiana tentunya harus siap mengeluarkan sumber daya terbaik.Aku seperti pemain baru yang baru belajar mengolah pikiran, ide untuk bisa diterima pembaca terkhusus media sosial.

Di Kompasiana tentu saja aku lebih bebas mengeksplorasi kata- kata. Lebih bisa meliukkan ide dengan bahasa- bahasa bertutur. Kalau di media mainstream aturan menulis tentu lebih ketat dengan pemilihan kalimat yang disesuaikan dengan media yang dituju.

Di Kompasiana jaminan tulisan terbaca pasti lebih besar dan ada interaksi antar Kompasianer sehingga kalau ada salah typo agak melenceng dan "ngawur" ada pembaca yang secara langsung mengkritik atau memberi masukan.

Kalau tidak salah aku memposting tulisan pertama kali masalah bonek, suporter persebaya yang bikin jantung deg- deg sir. Tertulis di Kompasiana artikel itu tayang di tanggal 29 Januari 2010 (Bonek Cermin amburadulnya Anak Muda?). Masih banyak kesalahan tetapi tentu saja aku hargai keberanianku sudah bisa menyumbangkan tulisan. 

Selanjutnya aku terus menulis, meskipun tidak setiap hari tetapi cukup konsisten sampai kurang lebih dua tahun. Sempat vakum sekitar  3 tahun  lebih aku rindu menulis sebab Kompasiana dengan segala kegiatan kopdarnya dan interaksi antar penulisnya membuat aku ingin mendorong diri sendiri untuk yakin bahwa menulis itu bisa membuat bahagia. 

Ya Kompasiana memang telah memberi banyak pengalaman, dengan membaca tulisan- tulisan kompasianer aku melihat banyak aspek yang mesti dimiliki oleh seorang penulis jika mau total dan sukses memanfaatkan kemampuan menulis.

Kompasianer itu rumah yang nyaman untuk mengembangkan talenta menulis. Ada persaingan ada komentar obyektif ada reward dari hasil mengikuti kompetisi. Aku jujur selama menulis di Kompasiana masih belum beruntung mendapat award-award yang rutin diberikan saat acara Kompasianival. Sebetulnya ngarep sih tetapi Kompasiana tentu jeli siapa yang layak mendapat piala atas usahanya yang total dalam menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun