Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berutang Sewajarnya Sesuai Kemampuan, Jangan Terjebak Hidup "Sosialita"

31 Juli 2019   15:36 Diperbarui: 1 Agustus 2019   12:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berhutang itu perlu tetapi sewajarnya Saja (personalfinance.kontan.co.id)

Dalam hidup rasanya susah jika menghindar untuk tidak berhutang. Untuk bisa hidup dan mengikuti perkembangan zaman rasanya"hutang" merupakan masalah yang dimiliki setiap manusia. Apalagi hidup di metropolitan, di kota- kota yang menuntut setiap manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Kenapa berhutang? Karena kadang- kadang pengeluaran tiba- tiba datang tanpa bisa dihindari. Bagaimana mengatasi solusi jika tidak terpaksa berhutang sedangkan uang itu amat dibutuhkan saat itu juga.

Berhutang Sewajarnya

 Mau tidak mau manusia mesti berhutang, meskipun harus menyesuaikan dengan kemampuan membayar utang. Kalau membabi buta berhutang bisa - bisa manusia bangkrut, dipenjara dituntut oleh pihak lain karena tidak tertib membayar hutang. Jadi sesuaikan hutang kita dengan kemampuan membayar cicilan atau membayar bunganya. 

Apalagi jika menggunakan kartu kredit, atau mengajukan hutang dengan bank. Jika memaksa berhutang melebihi kemampuan untuk membayar cicilan dan bunganya mereka akan bertindak tegas, bisa kasar dengan menurunnya dept collector. Jika tidak mampu rumah atau barang agunannya bisa disita. Sedih khan.

Saya sih tidak akan menceritakan pengalaman berutang yang konyol, artinya berutang yang tidak terbayarkan. Saya paling takut menggunakan kartu kredit, paling hati- hati jika berhutang pada Bank apalagi berhutang pada renternir. Melihat beberapa teman yang sempat berhutang pada renternir mengalami kejadian yang tidak enak, maka saya mesti hidup lebih hemat daripada memaksakan hidup seperti sosialita. 

Kebetulan saya guru, mempunyai gaji tetap, berkeluarga dan mempunyai tiga anak. Hidup sebagai guru tentu aneh jika hampir setiap minggu bisa jalan di Mal. Rasanya sejak berkeluarga intensitas saya ke Mal berkurang banyak. Bukan karena anti mal tetapi lebih untuk menghemat anggaran keluarga,agar tidak mengeluarkan uang banyak terutama saat makan di restoran atau belanja baju baju yang didisplay di Mal.

Biar saja teman- teman cerita tentang asyiknya nge- Mal. Itu rejeki mereka jika mampu jalan- jalan dan menikmati. Saya harus fokus menyisihkan uang untuk keperluan anak. Dari seragam, SPP, buku, sepatu dan kebutuhan anak untuk Les. Dari gaji saya dan kadang bonus yang saya terima semuanya dikelola oleh istri saya. Saya terus terang kurang paham dalam pengelolaan uang. 

Semua pengeluaran didiskusikan dan dibicarakan bersama istri. Jika merasa kekurangan saya sering meminjam koperasi yayasan atau koperasi sekolah dengan bunga lunak. Kalau ada kelebihan rejeki ya dikelola dan disimpan agar jika ada keperluan mendadak bisa meminjam simpanan itu, tetapi tentu dengan opsi pinjaman itu akan dikembalikan lagi saat sudah gajian.

Cicilan rumah, cicilan elektronik dan kebutuhan- kebutuhan lainnya membuat gaji yang diterima hanya mampir sebentar. Semua sudah masuk dalam pos  - pos pasti setiap bulan. Jika ada bonus dari kantor ya diusahakan untuk membayar cicilan utang yang jatuh tempo.

Jangan Berhutang jika Tidak Mampu Melunasinya

Yang penting, jangan mengandalkan berhutang jika tidak mampu menjamin bisa melunasinya. Itu akan membuat stres dan depresi. Hutang itu untuk memperpanjang nafas sambil menunggu gajian selanjutnya. Jika pengeluaran lebih besar dari pemasukan dan semakin lama semakin besar masalah- masalah besar akan menanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun