Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menebak Arah Politik yang Cenderung Plin-plan

25 Juli 2019   14:32 Diperbarui: 26 Juli 2019   03:59 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik itu cenderung plin-plan kekuasaanlah yang konsisten sedangkan perkawanan tergantung siapa yang lebih menguntungkan (ilustrasi ted.com/locita.co)

Tidak ada kawan yang abadi yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Itu yang bisa saya tangkap dalam dunia politik di Indonesia. Besok si A berkawan dengan si B, minggu depan bisa beda dengan melihat berbagai kepentingan yang menguntungkan. 

Kemarin boleh jadi gerindra sangat gemas dengan PDIP dan berusaha melawan semua ideologi nasionalisme yang ditawarkan oleh partai berlambang Banteng moncong putih tersebut, saling serang dengan memanfaatkan hoaks dan ujaran-ujaran kebencian. Kemarin mengatakan Lu, Gue, besok menyapa dengan kangmas.

Boleh Jadi ada pendapat yang memberi ilustrasi watak antara politisi dan negarawan adalah politisi berpikir tentang pemilihan berikutnya, sedangkan negarawan berpikir tentang generasi berikutnya - James Freeman Clarke . Indonesia masih didominasi oleh politikus berwatak plin- plan dan masih sedikit negarawan yang mau berpikir demi masa depan bangsa dan generasi mendatang.

Manuver Politik Untuk melanggengkan Kekuasaan

Kemarin dengan terpaksa menggandeng orang- orang yang sangat berambisi menyandingkan agama dengan politik, sekarang menolak tegas  ideologi khilafah apapun yang terjadi. Polarisasi dukungan berubah. Yang pro pemerintah ternyata melakukan pendekatan dengan yang pro politik identitas dengan mengusungnya menjadi calon presiden yang akan datang. 

Kepentingan politik membuat situasi dinamis. Yang sebelumnya kawan akhirnya menjadi lawan, yang sebelumnya lawan dengan melihat perkembangan akhirnya merapat dekat.

Saya melihat sekarang ini menjadi bingung sendiri, siapakah yang saya dukung, ataukah akhirnya diam sambil menunggu wangsit dari langit untuk menentukan siapa yang sekiranya saya pilih untuk memimpin Indonesia terhitung lima tahun ke depan.

Saya melihat Nasional Demokrat mulai menjajagi kerjasama dengan Anies Baswedan, sedangkan Prabowo Subianto dengan Megawati mulai mendekat lagi untuk menjajagi kerjasama dalam politik. Gerindra yang sebelumnya didukung mereka yang pro Khilafah berbalik menolak politik identitas dan kembali ke jalur nasionalis. Sedangkan sejak pertemuan Prabowo dengan Jokowi di MRT sontak ormas-ormasi pro khilafah meninggalkan Prabowo karena kecewa dengan keputusan Pemimpin Gerindra yang tampak akrab dengan Jokowi sebagai kader PDIP.

Tampaknya sasaran kebencian mulai berubah. Prabowo mulai ditinggalkan dan mereka yang kalah mulai mencari alternatif tokoh. Yang paling memungkinkan saat ini adalah Anies Baswedan yang cenderung berseberangan dengan pemerintah dan tampaknya akrab dengan partai berbasis agama. Netizen pembela 02 pun saat ini lagi tiarab sebab mereka menunggu perkembangan apakah mendukung Prabowo atau malah menghujat apa yang dilakukan Prabowo.

Yang Menjadi Musuh Menjadi Kawan dan Yang Berkawan menjadi Musuh

Memang unik yang namanya politik. Sudah memakan energi banyak untuk memproduksi ujaran kebencian, memainkan isu- isu rasialis, mengacak- acak agama dan membuat polarisasi dalam masyarakat, belum selesai melepaskan ingatan betapa ramainya media sosial berseliweran kata- kata penuh kebencian sekarang terjadi perubahan dalam hal dukung- mendukung. Jokowi sudah pasti sudah menang dan sedang menggodok siapa mentri yang akan membantunya menggerakkan roda pemerintahan 2019 -- 2024. 

Partai politik mulai sibuk melirik tokoh tokoh yang akan didukung untuk didorong menjadi pemimpin bangsa periode berikutnya. Surya Paloh yang antusias "banget" memenangkan Jokowi mulai melirik "lawan politik"Petahana yaitu Anies Baswedan yang terkesan selalu mengkritik kebijakan pemerintah lewat kata- kata bersayapnya.

Politik akan selalu mencari posisi nyaman dalam memainkan strategi bertahan dalam kekuasaan. Bisa jadi masyarakat akan melihat Gerindra akan bahu membahu dengan PDIP dan Bisa saja Nasional Demokrat atau Nasdem mulai mencoba merangkul partai agama yang cenderung pro khilafah untuk menjadi partnernya menuju kursi kekuasaan.

Saya bisa mengatakan politik cenderung plin plan tergantung arus kepentingan. Yang dulunya membenci akhirnya bisa berangkulan, yang tadinya teman bisa jadi mulai saling menyindir, saling menyudutkan dan saling menjauh demi satu tujuan. Kekuasaan yang abadi, kekuasaan yang menjadi magnet dari manusia untuk bertahan dalam bara panas persaingan.

Siapakah Tokoh Kuda Hitam Pemilu mendatang?

Apakah dengan demikian Nasdem secara pasti mendukung Anies pada pemilihan Presiden 2024 mendatang? Masih terlalu dini jika ada simpulan bahwa Nasdem akan mengusung Anies hanya karena acara pertemuan pimpinan Nasdem dengan gubernur Jakarta. Tetapi orang politik tentu sudah mulai berhitung untuk memajukan calon agar dalam setiap kontestasi politik selalu menang. Soal koalisi bisa saja berubah. 

Yang jelas itulah watak politik Indonesia yang masih disetir oleh segelintir elite politik. Watak plin- plan. Jarang mengenal dan melanggengkan kesetiaan pada partai partai yang membesarkannya. Kalau ada yang lebih menguntungkan apa salahnya loncat pagar, melirik rumput tetangga yang lebih hijau.

Jadi siapakah yang selalu anda dukung dalam kekuasaan? Tunggu saja lihat situasi. Bisa jadi kemarin antusias mendukung tokoh yang inspiratif  karena sesuai visi, tetapi besok atau yang akan datang benar- benar golput karena tidak ada figur yang cocok. Atau mencari satrio winingit yang bisa- bisa saja muncul saat mendekati pemilu.

Ada beberapa tokoh yang mungkin menjadi incaran partai politik, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, AHY, Sandiaga Salahudin Uno, Emil Dardak, Bahkan bisa jadi anak- anak Presiden Seperti Tommy Soeharto, Yenny Wahid, Puan Maharani, atau bahkan masih misteri tokoh calon pemimpin yang tiba -tiba datang tanpa diduga oleh masyarakat. Siapa tahu? Salam Damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun