Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Wajah Arab dan China Menjadi Polemik Politik Agama

11 Mei 2019   12:37 Diperbarui: 11 Mei 2019   12:42 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyatanya kebudayaan menenangkan dan agamapun berkembang tanpa gejolak berarti.Bukan hanya Jawa suku suku lain Seperti Sunda, Batak, Timor, Toraja, Minang mempunyai jejak kulturalnya sendiri. misionaris agama harus mengerti budaya yang sudah diwariskan turun temurun untuk mendapat simpati.

Kini ketika orang- orang Arab (tertentu yang mengusung Mazhab tertentu yang ingin memaksakan kehendak untuk mengubah ideologi negara) mencoba melakukan pendekatan syiar secara frontal dengan mengajarkan juga hukum , budaya, paham asli Arab untuk diterapkan di Indonesia yang penuh ragam suku, etnis, bahasa dan adat istiadat, ada gejolak yang membuat masyarakat terkaget- kaget. Apalagi terjadi tsunami agama yang akhirnya menimbulkan konflik. Fanatisme, radikalisme mulai mengakar dalam masyarakat yang multi ras ini. Para pemuka agama mulai membentur- benturkan keaslian ajaran agama dengan pemaksaan kehendak dan hukum yang dibawa oleh Alim Ulama keturunan.

Mereka yang bermuka Arab selalu mendapat prioritas untuk didudukkan sebagai Ulama personifikasi Nabi. Wajah Arab tiba- tiba mendapat keistimewaan, Dengan  pengetahuan agama yang dibawa  mereka berani ceramah dengan segala identitas keagamaannya sorban, baju putih, jenggot. Lulusan Mesir Arab dan sekitarnya seperti jaminan untuk mendapat tempat terhormat sebagai penceramah yang jempolan.

Politik telah menajamkan identitas. Politik yang profan (tidak beragama) masuk melibatkan Ulama dadakan mencoba mempengaruhi massa yang tengah bingung bagaimana memahami kehidupan sementara agama membuat masyarakat terkotak- kotak dalam fanatisme.

Sekarang konflik negara, ayunan bandul kekacauan yang hadir salah satu sumbernya adalah agama. Padahal semua agama mengajarkan tentang kedamaian, kasih sayang, cinta kasih, saling menghargai perbedaan. Dulu agama tidak menjadi penghalang dalam pergaulan karena agama adalah urusan individu manusia dengan Tuhan. Sekarang apa- apa divonis pelecehan, penghinaan, penistaan jika menyinggung masalah agama. Atau ada orang dengan candaan secara tidak sengaja  dianggap melecehkan pemuka agama.

China dan Sejarah Penyebaran Agama Islam


China yang sejak dulu identik sebagai pedagang, penguasa perekonomian, penggerak rantai  kekayaan dan juga perjudian selalu menjadi korban dari isu- isu sara. Asing, Aseng' Kamu China, Non Pribumi penjajah ekonomi dan sematan negatif lainnya yang membedakan pribumi dan non pribumi. Padahal jasa China dalam persebaran agama tidak kurang- kurang. Agama Islam berkembang berkat bangsa Yunan yang ikut mengembara sampai bumi Nusantara ini. Selain berdagang mereka mengenalkan ajaran Islam. 

Cerita tentang Panglima Chengho, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga. Kalau merunut sejarah tidak ada yang asli pribumi di Indonesia. China, Melayu, Arab, Negro, India berbaur saling berbaur. Ada Jawa Keturunan Arab, Jawa Keturunan China. Batak menikah dengan orang Jawa. Batak dengan Bule. Mereka lahir dan besar dan kultur Indonesia yang kental. China Indonesia juga akan bingung jika diajak bicara mandarin, lebih fasih berbahasa Indonesia atau Jawa, lebih medok berbahasa daripada jawanya sendiri yang kebarat- baratan dan jarang menggunakan bahasa ibu.

Lalu mengapa dalam politik selalu diungkat -- ungkit masalah pribumi dan non pribumi. Inilah masalah seriusnya. Jika belajar sejarah maka tidak seorangpun berhak mengklaim bahwa ia pribumi asli. Gusdur mempunyai silsilah sebagai keturunan China. Lalu apa masalahnya jika Presiden Jokowi misalnya keturunan China. Tidak ada yang memastikan bahwa seseorang yang mendiami bumi Nusantara ini sebetulnya berdarah Yunan, berdarah India berdarah Arab. Lihat saja apakah orang- orang Sunda atau Jawa wajahnya mirip dan menampakkan struktur anatomi sama yang melekatkan keaslian pribumi.

Jadi, aneh jika dalam setiap gelaran pemilu, pesta politik identitas dibentur- benturkan. Tengok lagi sejarah, bagaimana jasa China dalam persebaran agama. Lalu pelajari sejarah apakah Arab identik dengan Islam. Orang Arabpun tentu datang ke Indonesia dalam berbagai profesi. Ada yang datang untuk berdagang, mengembangkan kemampuan sebagai ahli meracik obat dan medis seperti tabib, datang hanya sekedar berlibur dan rehat menenangkan diri di puncak. Karena tidak ingin dianggap melakukan zina mereka melakukan kawin kontrak dengan penduduk setempat. Mereka tentu  mempunyai beragam karakter ada yang jahat, baik hati, mungkin ada yang menjadi pengedar obat terlarang. Semua suku bangsa mempunyai orang- orang dengan berbagai latar belakang. Ada yang jahat, licik, suka menipu, suka melakukan korupsi, atau banyak yang polos bersih jiwanya bersih hatinya.

Ketika Etnis diseret dalam Ranah Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun