Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pentigraf 2, Dari Debu Kembali Menjadi Debu

26 April 2018   15:44 Diperbarui: 26 April 2018   16:16 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
simple-fhy.blogspot.com

Dunia telah sampai pada pertarungan yang sesungguhnya.  Peristiwa-peristiwa penting yang menandai bahwa manusia telah sampai pada titik simpul peradaban. Teknologi bergerak cepat, bumi serasa sempit untuk membatasi manusia berkomunikasi dan mengintip perkembangan dari belahan bumi satu ke belahan bumi lain, entah bumi bulat atau datar setiap manusia telah bisa mengunduh berita dalam waktu amat singkat. 

Pun bila manusia lupa di mana meletakkan barang berharganya bisa ditelusur dengan alat canggih dan aplikasinya bisa diunduh lewat smartphone.Sungguh binal dunia sekarang ini melihat tubuh-tubuh polos hanya dengan menggeser-geser benda kecil. Dan semua dosa, kebejadan dan kebusukan manusia membuka tanpa sensor. Guncangan bumi dimulai dari syahwat manusia.

Bagian tubuh manusia  seperti dedaunan pisang, melambai-lambai diterpa angin,  dari garis- garis teratur yang menyilang dari tulang pisang ke sisi tepi daun itulah jumlah dosa yang dimiliki manusia. Manusia telah lahir dengan dosa -- dosa menempel pada tubuh manusia sejak ia menyesap hawa bumi. Pelan- pelan garis-garis dosa menempel, melekat, bertambah seiring usia bertambah. 

Garis dosa seperti noktah yang menempel dan tak terhapus sepanjang hidup. Ia akan menjadi abadi ketika manusia telah memisahkan raga dan rohnya masuk dalam alam tak bertepi. Dedaunan pisang melambai tertiup angin, lembarannya kadang tersobek-sobek seiring badai hidup yang menerpanya. Setelah itu daun mengering, layu, keriting, mengelupas dari batang pohon, bersatu dengan tanah,  akhirnya pelepah dedaunan suburkan pori-pori bumi.

Manusia akan menemu keabadian setelah ujian-ujian kehidupan yang penuh peluh, tangis, derita nestapa. Tubuh manusia kembali menjadi debu, sementara jiwa akan mengembara menyusur kefanaan, menjejak langit-langit tak bertepi. Ia akan dikenang ketika telah meninggalkan keharuman ketika menebar cinta dan kasih sayang sewaktu hidup, menenteng segepok dosa dan masuk dalam api pencucian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun