Mohon tunggu...
Dwi Astuti
Dwi Astuti Mohon Tunggu... Guru - Guru, Dosen, dan Penulis

Dwi Astuti memiliki nama pena Atsuka D. Menulis diberbagai platform digital. Jika berkenan, mampir ya. Terima kasih sudah mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selama ini Salah! Bukan Seimbangkan Dunia dan Akhirat

17 April 2022   06:11 Diperbarui: 17 April 2022   06:14 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/

Pernah dengar kata mutiara bahwa kita perlu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat? Ternyata selama ini kita terjebak dengan kalimat tersebut. Perlu dipahami bahwa seimbang adalah sama berat, tidak berat sebelah. Lalu apa yang salah dengan kata mutiara itu? Tidak ada yang salah, hanya kurang tepat.

Kata 'seimbang' mengisyaratkan adanya persamaan berat. Artinya, jika dikaitkan dengan dunia dan akhirat, maksudnya adalah hak dan kewajibannya dilakukan secara sama. Ini akan menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin antara hak dan kewajiban dunia dan akhirat dilakukan secara seimbang? Padahal dalam praktiknya, justru manusia disibukkan dan lebih banyak bertautan dengan kehidupan dunia.

'Seimbang' seakan memberi pertanyaan baru? Seperti apa kehidupan itu dikatakan seimbang? Apakah ukurannya mengenai waktu? Durasi? Banyak sedikit? Jika kita hitung, nyatanya kehidupan sehari-hari kita banyak berkaitan dengan kehidupan dunia dibandingkan akhirat. Ibadah kita yang wajib bisa kita hitung, salat sehari semalam 5 kali. Durasinya pun tidak lebih dari 5 menit (yang salatnya cepat ya). Sisanya, urusan dunia. Jangan untuk lebih berat dalam kehidupan akhirat, untuk seimbang saja, rasanya 'jauh panggang dari api'.

Jika kata 'seimbang' juga mengalami pergeseran makna seperti kata 'adil', maka mungkin bisa dikatakan sesuai. Dahulu, kata 'adil' dipahami sebagai sama berat, sama rata. Namun, kini 'adil' tidak hanya bermakna sama rata, melainkan memberikan sesuatu sesuai haknya. Jika memang kata 'seimbang' telah bergeser maknanya seperti kata 'adil', maka makna yang sebenarnya adalah melakukan sesuatu sesuai hak dan kewajiban. Dan kewajiban umat muslim adalah beribadah kepada Allah Swt.

Ibadah itu tidak hanya sebatas ibadah seperti salat, puasa, zakat, atau haji dan umrah. Ibadah adalah segala bentuk perkara yang diperintahkan Allah Swt, yang Allah cintai, baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak maupun yang tidak tampak. Ibadah ini lah yang kita harapkan mendatangkan pahala sehingga kita mendapatkan rahmat dari Allah Swt kelak di akhirat.

Bagi umat muslim, Allah sudah menjanjikan dua balasan di akhirat kelak, yaitu sugra dan neraka, tidak ada posisi tengah-tengah. Tentu tujuan utamanya adalah surga. Tahu kah kita apa syarat kita bisa masuk ke surga? Rahmat dari Allah Swt. Bagaimana mungkin kita mendapat rahmat Allah Swt jika kita tidak mengerjakan ibadah sesuai perintahnya?

Apa kaitannya dengan kehidupan dunia dan akhirat?

Kembali lagi, untuk mencapai surga, kita harus memiliki tiket ke surga. Tiket itu kita dapatkan setelah melakukan perniagaan di dunia. Perniagaan itu akan dihitung lalu ditimbang. Bagaimana mungkin kita akan mendapat tiket ke surga kalau timbangan kita sama alias seimbang? Tentu kita butuh timbangan kebaikan yang lebih berat.

Allah sudah mengingatkan kita agar kehidupan dunia bukan menjadi tujuan hidup. Kita hanya akan mendapatkan dunia seukuran apa yang telah Allah tetapkan, tidak lebih dan tidak kurang, sekalipun kita telah bekerja keras bahkan mengabaikan keluarga.

Ada banyak orang tua yang akhirnya bercerai hanya karena keduanya sibuk bekerja, dari pagi hingga malam hari. Lalu anak terabaikan, berujung pada pertengkaran setiap hari. Hal ini karena dalam keadaan lelah (dengan urusan dunia), seseorang lebih berpotensi untuk membuka pintu bagi setan dan iblis masuk. Hasilnya, kita berburuk sangka, berpikir negatif, marah-marah, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun