Kehidupan ini berseni tinggi bagi setiap manusia yang mau mengupayakan segalanya dari akal diri. Saya yakin pula, saya bukanlah satu-satunya manusia yang pernah dihadapkan oleh situasi kebingungan dan ketiadaan. Situasi-situasi tersebut memang setiap manusia mengalaminya sangat beragam sesuai dengan pengalaman subjektifnya. Lalu bagaimana potensi kita mengkreasikan sesuatu dari ketiadaan? Di era serba kemajuan, seolah-olah kita berkompetisi dengan sengit. Di situasi tekanan yang luar biasa, kita sering kebingungan. Apa kah otak kita lakukan ketika kita dalam situasi nelangsa-kebingungan?
Sungguh Maha Besar Sang Pencipta semesta alam beserta isinya menciptakan Otak sebagai bagian terpenting pada makhluk hidup terutama manusia. Otak berada pada posisi di atas dengan pelindung tengkorak yang kuat di tubuh manusia. Oleh karena itu otak tentunya memiliki peranan penting pada kehidupan. Penelitian terbaru mengungkap bahwa otak kita memiliki jaringan yang disebut default mode network (DMN) yang aktif saat kita tidak fokus atau kebingungan pada situasi tertentu. Di ambang batas, otak kita memiliki mekanisme untuk  membedakan antara persepsi nyata dengan imajinasi.  Jaringan ini memainkan peranan penting dalam proses berpikir kreatif, introspeksi, dan pemecahan masalah.  Ketika kita mampu menterjemahkan gelombang imajinasi dengan jernih maka otak kita dengan kuat akan menganggapnya sebagai kenyataan.
Pada banyak pengalaman subjektif, banyak dari kita hanya terjebak pada imajinatifnya saja tanpa tau bagaimana mengejawantahkan ide-ide yang datang dari situasi ambang batas tersebut. Hal inilah yang membuat kita terbentur dalam siklus imajinasi tanpa adanya realisasi. Siklus yang membuat kita merasa sudah "brilian" namun hanya tetap dalam pikiran tanpa pernah terejawantahkan. Dari siklus ini, kita selalu merasa gagal, gagal, dan gagal lagi. Di tengah situasi nelangsa ini, kita harus dapat bangkit. Bangkit seperti kata Tan Malaka "Terbentur, terbentur, terbentur, dan lalu terbentuk.Â
Ketika kita kebingungan dengan cara kerja siklus ini, kita harus mau mengeluarkan segala kemampuan fisik dan mental untuk mengupayakan ide-ide kita walau harus menekan sampai ke titik akurat batas diri kita. Push to the limit atau mendorong titik akurat batas amatlah penting untuk kita mampu berimajinasi dalam kreatifitas diri agar dapat mencari penyelesaian dalam situasi ketiadaan yang penuh tekanan.
Bukan lagi jadi rahasia dari manusia-manusia "hebat" dan sukses, bahwa kreatifitas itu bukan bawaan lahir atau anugerah genetik yang diwariskan secara biologis. Kreatifitas dapat dilatih, kemampuan untuk menghasilkan ide-ide dan inovasi baru dapat dipelajari. Kita harus sadari, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, mari perhatikan hal-hal penting bagi diri kita untuk memahami dan mengelola ambang realitas pada otak kita. Berikut beberapa langkah untuk mendorong batas diri sampai dapat berpikir kreatif:
1. Sadari dan Olah Diri Untuk Membedakan Imajinasi dan Realitas.
Kita harus menyadari, menganalisis, dan melatih secara bersamaan perbedaan kapan imajinasi hanya cukup di ranah pikiran, kapan imajinasi dalam ide dapat diwujudkan. Kesemua proses itu tentu tak secepat saji begitu saja, kesemuanya melewati proses trial and error.
2.  Perluas Wadah Diri dengan Lingkungan yang Mendukung.
Ciptakan ruang  untuk kita berpikir bebas tanpa gangguan, sehingga imajinasi dapat berkembang dan menghasilkan ide-ide karya yang dapat diejawantahkan. Tentu juga dalam lingkup pergaulan, kosongkan gelas otak di kepala kita, untuk kita mempelajari hal-hal baru dari orang-orang sekitar kita yang menginspirasi dan orang yang mampu membimbing kita dengan benar.
3. Perbanyak Wawasan dari Literasi Keilmuan, Karya, atau Bibliografi dari Tokoh-Tokoh Pengubah Dunia.
Buku adalah jendela dunia, kata kiasan yang bermakna untuk kita. Tentu dari proses kita membaca seolah-seolah kita berdialog dengan tokoh-tokoh yang ada dalam buku tersebut, maka dari itu kita pun dapat mempelajari banyak dari tokoh-tokoh tersebut secara tidak langsung. Hal itu membuat kita memiliki kualitas diri dan pisau analisa yang kuat.
4. Konsistensi Diri.
konsisten merupakan wujud nyata dari kegigihan dan ketangguhan diri kita. On the track, tetap pada jalur apa yang sudah dipikirkan dalam ide serta tidak menyerah dalam proses trial and error.
5. Menerima Diri dengan Penuh Sadar.
Berilah waktu untuk otak kita beristirahat dan mendiamkan gerak pikiran. Hal itu dilakukan dengan banyak cara, seperti: berjalan santai dalam kesadaran penuh tanpa distraksi apapun (berjalan di tempat nyaman tanpa gawai, jam tangan, bahkan pemutar musik sekalipun), bermeditasi, dan bahkan menikmati segala pemberian semesta alam.
6. Refleksi dan Evaluasi.
Lakukan proses thinking and rethinking, untuk merenungkan ide-ide Anda dan evaluasi kelayakannya. Ini membantu otak memproses dan membedakan antara ide yang dapat direalisasikan dan yang tidak.Â