Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menyelisik Hasrat Penuh Cinta sang Penulis "Jejak Cinta"

16 Maret 2021   14:20 Diperbarui: 16 Maret 2021   15:09 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sejarah bukan dimaksudkan untuk membuat kita mengagung-agungkan masa lalu, tetapi agar kita sadar akan akar kita, dari mana kita berasal, tahu nilai yang kita jalani dan perjuangkan. Setiap kita kehilangan arah atau orientasi, sejarah itulah yang membimbing kita kembali ke jalur perjuangan yang dituju." (Suryopratomo)

Sejumlah biarawati-termasuk dari ordo-ordo lain-yang saat ini masih aktif berkarya tampaknya juga setuju akan "pembelajaran" yang dapat dipetik dari Jejak Cinta. Salah satunya adalah Sr. Vero Andayani, OSU yang dalam testimoninya mengajak "para kolega" untuk membaca memoar bersampul biru ini.  

"Buku ini adalah wujud syukur dan bhakti seorang alumni sekolah Ursulin yang mengalami sentuhan 'jejak cinta' para pendahulu saya. Sebagai pehobi fotografi ia mampu mengambil "angle" cantik dalam "memotret" perjalanan iman pemberian diri para suster Ursulin dalam merintis karya pendidikan di Indonesia. Wajib dibaca dan perlu bagi siapa pun yang ingin melanjutkan bhakti bagi Gereja, bangsa, dan kemanusiaan." (Sr. Vero Andayani, OSU ~ Jejak Cinta, sampul belakang)

***

Jadi, tidaklah berlebihan bila lewat catatan ini saya mengapresiasi sang penulis. Sempat terlintas dalam benak, gelem-geleme 'kok mau' dia menulis dan menerbitkan buku ini atas usaha dan biaya sendiri yang relatif mahal.

Penulisan Jejak Cinta: Perjalanan Ursulin Merintis Pendidikan Putri di Jawa Abad ke-19 diawali dengan riset yang cukup mendalam. Selain "bermodal" referensi yang dimiliki atau mengakses dari sumber-sumber lokal, penulis juga memburu sejumlah arsip dan jurnal hingga ke Singapura, Australia, dan Belanda.

Selain bersusah payah menelusuri naskah dan foto-foto kuno, penulis pun melakukan perziarahan secara pribadi. Ia menyambangi sejumlah situs bersejarah serta museum yang menyimpan memorabilia terkait misi serta biografi tujuh pionir Ursulin dan sejumlah penerusnya. Tidak hanya di Jakarta, Surabaya, dan Malang, tetapi hingga Belanda dan Belgia. 

Secara khusus ia menjelajahi Sittard, kota kecil di Belanda dari mana para pionir Ursulin berasal. Ia datangi bekas rumah tempat biarawati idolanya melewatkan masa kecil. 

Ia jejakkan kaki di gereja tempat para suster menghunjukkan doa-doa sebelum misi ke Hindia Belanda; dan ia ziarahi pula 'Ursulinen Tuin' kompleks makam para suster Ursulin. Ia bahkan menginap di hotel bekas Asrama Ursulin di mana para suster pernah berkarya.

Sementara di Hazelt, Belgia ia menziarahi makam Mgr. Petrus Maria Vrancken. Dialah Vikaris Apostolik Batavia yang menginisiasi misi pendidikan sekaligus mengundang para suster Ursulin dari Sittard untuk berkarya di Batavia.

Aih, seru banget!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun