Dahulu pernah kau kuhampiri begitu dekat
Kala itu engkau terbaring tenang dalam tidur
Berbalut kebisuan Danau Lau Kawar nan mistis
Kupandangi dirimu dari tapak kaki
hingga sejauh rintangan halimun
Lalu kupatri kuat dalam benakku
indah lekuk tubuh dan tegarnya sosokmu
serta punggung yang berukir jejak petualang
dari segala penjuru bumi
Entah kapan lagi
'kan dapat kuresapi pesonamu
menyapa menyentuh sedekat itu
Apa yang yang kupunya hari-hari kini
hanya sepotong doa kepada Sang Ilahi
untukmu belahan jiwa Ibu Pertiwi
Hentikan gejolak yang menuai ngeri
Duhai Sinabung, rebahlah saja dalam sunyi
Karna setiap jengkal tubuhmu menjadi tumpuan kami
anak-anak negeri pelosok Suwarnabhumi
Â
Depok, 11 Agustus 2020
Catatan: Puisi ini ditulis pada 24 Feb 2018 (setelah letusan Sinabung 19 Februari 2018) sebagai harapan dan doa agar letusan Gunung Sinabung yang dimulai sejak 2015 segera reda.