Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memasarkan Tanpa Melakukan Pemasaran

30 Juni 2020   20:44 Diperbarui: 30 Juni 2020   20:46 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Gerd Altmann, Pixabay

Soal pemasang iklan jangan tanya lagi! Saking banyaknya iklan di kompasiana.com, kalau kita tidak berhati-hati mau klik tombol vote saja bisa keliru klik iklan. Terlebih lagi bila kita membukanya dari ponsel berlayar sempit. Saat membaca artikel bahkan boleh jadi kita keliru mengira bahwa foto iklan yang ada di antara paragraf merupakan bagian dari artikel terkait.  

Ups! Saya jadi kaget sendiri karena ada nada curcol di sana.   

Sejujurnya, saya kadang-kadang memang stres karena salah sasaran klik atau persepsi gambar kerap keliru dengan iklan. Belum lagi kalau ada iklan bergerak atau video yang bikin gagal fokus. Saya bahkan merasa tidak nyaman kalau membaca karya puisi harus terpotong-potong oleh foto-foto iklan.

Walaupun begitu saya berusaha legawa karena banyaknya iklan menjadi penanda hidupnya kompasiana.com. Tak bisa dimungkiri bila iklan tersebut menguntungkan bagi keberlangsungan media warga ini.

Kembali pada topik percakapan dengan sepupu saya!

Setelah saya cerita ngalor-ngidul tentang kompasiana yang cenderung memiliki lebih banyak anggota dan pembaca dibandingkan platform xxxxxx, sepupu saya tampak kian bersemangat. Tunggu dulu! Bukan bersemangat untuk segera mendaftar jadi kompasianer melainkan hendak mengabarkan fakta yang didengarnya tersebut kepada bosnya.

'Baiklah, nanti saya bilang ke perusahaan' begitu katanya. Lho, awalnya saya bingung! Apa hubungannya dengan perusahaan tempatnya bekerja?

Selidik punya selidik, ternyata sepupu saya sedang menjajaki sejumlah platform untuk brand awareness perusahaannya. Begitulah menurut pengakuannya. Pokoknya dia mencari platform yang menerima iklan dan yang terpenting memiliki jumlah pembacanya yang signifikan. Sementara di platform lain yang disebutnya tidak menerima pemasangan iklan.

'Hmm, boleh juga ini!' Nada antusiasme jelas terbaca dari komentar yang terlontar saat mengetahui "dahsyatnya" jumlah kompasianer dan potensi jutaan pembaca di kompasiana.com.   

Saya sendiri kurang begitu paham apa dan bagaimana itu brand awareness. Penjelasan panjang lebar tentang tulis-menulis di kompasiana yang saya sampaikan bertujuan untuk menarik hatinya agar menjadi calon kompasianer. Namun, ternyata sekaligus telah sukses menarik calon pemasang iklan di kompasiana.com.  

Mungkin itulah yang disebut memasarkan tanpa melakukan pemasaran. Begitu kesimpulan yang saya tarik. Tentang hasilnya? Hanya waktulah yang akan bicara!

Depok, akhir Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun