Mohon tunggu...
Dwi Agus Susanto
Dwi Agus Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru, Agen Kebangkitan dan Kemajuan Bangsa

10 Agustus 2018   13:09 Diperbarui: 10 Agustus 2018   13:13 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

9 Agustus, 73 tahun silam, Jepang akhirnya luluh lantak, setelah bom atom menghantam Nagasaki dan Hiroshima 3 hari sebelumnya. Dua bom atom itu bukan jadi bom terakhir, akan ada bom atom-bom atom selanjutnya yang akan dijatuhkan jika saja Jepang keukeuh tidak mau menyerah.

Dengan berbagai pertimbangan, dan parahnya dampak yang diakibatkan, maka Jepang akhirnya menyerah, 5 hari kemudian, tanggal 14 Agustus 1945. Kaisar Hirohito, sebagai kaisar Jepang saat itu, merasakan begitu besarnya dampak yang dirasakan bagi negaranya.

Tetapi Jepang bukanlah negara yang lemah, bukanlah negara yang mudah menyerah. Maka dengan segala sumber daya yang tersisa, Jepang harus bangkit.

Kaisar Hirohito, setelah dua kotanya hancur, setelah ratusan ribu rakyatnya tewas, yang pertama ia tanyakan adalah "Berapa jumlah guru yang masih tersisa dan hidup?". Beliau sadar, bahwa Jepang bisa bangkit kembali dari keterpurukan, yang utama adalah melalui pendidikan yang bermutu. Maka kaisar memerintahkan 5 hal: Guru harus melaksanakan pendidikan yang bermutu; Guru harus lebih disiplin dari muridnya; Guru harus lebih pintar dari muridnya; pendidikan harus bisa menuntun kemajuan industri; Mengirim guru menimba ilmu ke luar negeri untuk diterapkan di Jepang.

Berkaca dan belajar dari kebangkitan Jepang, yang akhirnya menjadi negara yang sangat maju, guru Indonesia bisa secara mandiri menerapkan langkah-langkah Kaisar Jepang dalam membangun kembali Jepang, bangkit dari keterpurukan, menuju kemajuan.

Sebagaimana kita rasakan, kualitas pendidikan Indonesia semakin mundur, keterampilan literasi siswa Indonesia semakin tertinggal, karakter siswa Indonesia semakin tidak tertanam.

Berbagai langkah dilakukan, merevisi dan mengembangkan kurikulum menjadi Kurikulum 2013, memantapkan Pendidikan Penguatan Karakter (PPK), menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan meningkatkan kesejahteraan guru adalah beberapa di antaranya. Langkah-langkah tersebut tidak akan ada artinya, hanya akan menjadi pepesan kosong, jika guru sebagai ujung tombak utama kemajuan kualitas pendidikan tidak dapat berperan dan berpartisipasi aktif di dalamnya.

Oleh karena itu, sebagai guru, demi kebangkitan dan kemajuan pendidikan di Indonesia, bisa mencontoh langkah-langkah kaisar Jepang ketika berupaya bangkit dan memajukan bangsanya.

  • Guru harus melaksanakan pendidikan yang bermutu; Pendidikan yang bermutu salah satunya bisa dicapai melalui peran serta guru yang bermutu. Menjadi guru bermutu, adalah menjadi guru yang patut digugu dan ditiru. Menurut peraturan perundangan yang berlaku, setidaknya guru harus memiliki 4 kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Guru yang bermutu adalah guru yang menjalankan perannya di kelas dengan baik. Guru berperan sebagai pendidik, pengajar, sumber belajar, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola, penasehat, innovator, motivator, pelatih dan evaluator. Dengan demikian, maka pendidikan yang bermutu akan dapat tercapai.
  • Guru harus lebih disiplin dari muridnya; Disiplin, adalah salah satu karakter yang menunjang keberhasilan seseorang di masa depan. Melalui Pendidikan Penguatan Karakter (PPK), diharapkan siswa memiliki nilai-nilai karakter luhur bangsa yang kelak bisa "mengiringi" masa depan mereka dengan cara memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi) dan olah raga (kinestetik) sesuai dengan falsafah Pancasila. PPK, tidak akan berhasil jika guru sebagai role model, sebagai sosok yang patut digugu dan ditiru, tidak menanamkan nilai-nilai luhur karakter bangsa dalam dirinya. 18 nilai karakter bangsa yang harus juga dimiliki oleh guru adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
  • Guru harus lebih pintar dari muridnya; Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini semakin tak terbendung. Informasi sangat mudah diperoleh kapanpun, dimanapun dan melalui media apapun. Tak jarang, ketika mengajar di kelas, siswa lebih tahu, lebih dulu tahu, dari guru tentang suatu peristiwa, permasalahan, dan fenomena yang terjadi. Akan tetapi, dengan level kognisi anak sesuai tahapan perkembangannya, tidak jarang terjadi miskonsepsi pada diri siswa. Miskonsepsi pada diri siswa tidak bisa diabaikan, karena akan mempengaruhi pemahaman pandangannya terhadap sesuatu. Oleh karena itu, guru harus lebih tahu dan lebih dulu tahu. Guru harus menjadi kaum literat dengan meningkatkan keterampilan-keterampilan literasinya. Setidaknya ada literasi dasar dan turunannya yang harus dikuasai guru, yaitu: literasi baca dan tulis, literasi numerik, listerasi kultur budaya dan kewarganegaraan, literasi finansial, literasi sains/ilmu pengetahuan dan literasi digital.
  • Pendidikan harus bisa menuntun kemajuan industri; Dunia industri melesat dengan cepat. Inovasi-inovasi terbaru muncul setuap saat. Bangsa yang maju didukung oleh industri yang maju. Guru dapat menciptakan generasi-generasi yang mampu berinovasi. Melalui kegiatan pembelajaran yang mengacu pada PAIKEM, guru yang juga berperan sebagai inovator, melatih siswa agar terbiasa menciptakan inovasi baru dalam segala bidang. Inovasi baru lahir dari insan yang kreatif. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan melalui pendekatan pembelajaran Problem Based Learning, membimbing siswa menemukan sesuatu dengan pendekatan pembelajaran Discovery Learning, dan juga mengantar siswa menciptakan sesuatu dengan pembelajaran Project Based Learning.
  • Mengirim guru menimba ilmu ke luar negeri untuk diterapkan di Jepang; Lingkungan sekitar adalah ilmu, buku adalah ilmu, teman sejawat adalah ilmu, media sosial adalah ilmu dan pengalaman adalah ilmu. Tidak perlu jauh meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu. Karena kini, seluruh isi dunia berada dalam genggaman guru. Melalui gadget yang dimiliki, guru dapat meng-update segala macam informasi melalui gadget. Informasi-informasi yang didapat dari berbagai macam sumber ilmu, disaring dan dipilah guru untuk diterapkan di dalam kelas, dibagikan kepada siswa. Dan jika memang memungkinkan, menimba ilmu ke negara lain akan lebih baik. Agar guru dapat melihat secara langsung perkembangan kemajuan bangsa lain, agar guru termotivasi untuk bisa ambil bagian dalam mengembangkan dan memajukan negara sendiri.

Melalui langkah-langkah tersebut, niscaya pendidikan Indonesia akan bangkit, akan lebih maju, akan lebih berkualitas. Dengan pendidikan Indonesia yang berkualitas, maka bangsa Indonesia akan menjadi negara yang maju. Maka sangatlah pantas jika akhirnya guru pun layak menyandang predikat sebagai agen kebangkitan dan kemajuan pendidikan, menjadi agen kebangkitan dan kemajuan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun