Mohon tunggu...
DWI ELISA
DWI ELISA Mohon Tunggu... Guru - tetap semangat dalam mencari dan berbagi ilmu

"Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan." - Colin Powell

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Minggu Ke 15 Model Driscoll Pendidikan Guru Penggerak

3 April 2022   10:49 Diperbarui: 3 April 2022   11:00 2968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SO WHAT?

Setelah saya belajar dari materi tentang Coaching dan mencoba melakukan praktik sederhana dalam mengajar yang saya rasakan adalah bahwa untuk menjadi seorang coach yang baik dibutuhkan penguasaan diri, mengapa? Karena kebiasaan atau cara mengajar sebelumnya dimana dalam setiap komunikasi kecenderungan guru adalah memberikan solusi bagi persoalan siswa. 

Namun dalam praktik coaching guru dituntut untuk menekan nafsu dalam keinginan mengusai atau menjadi pemeran utama dalam menyelesaikan sebuah kasus serta memberikan kesempatan kepada coachee untuk mengeksplore diri dengan memberikan pertanyaan pemantik untuk memunculkan potensi siswa. 

Dalam melakukan praktik sederhana ada beberapa hambatan misalkan komunikan yang pasif dalam proses komunikasi, minimnya skill coach dalam memberikan pertanyaan pemantik namun semuanya dapat teratasi dengan modal pembelajaran mengenai coaching dalam minggu ini. Selain itu  halangan kecil yakni dalam memulai pembicaraan untuk membangun chemistry dengan coachee agar mempercayai coach dalam membantu untuk meyelesaikan persoalan yang dihadapi coachee.

No What?

Setelah Saya mempelajari Materi coaching model TIRTA saya tertarik dan akan mengimplementasikannya di sekolah saya. Karena coaching model TIRTA  sangat mambantu saya dalam memberikan layanan kepada siswa maupun rekan sejawat  saya dalam menghadapi problem baik dalam belajar maupun dalam hubungan  sosial. 

Coaching model TIRTA memberikan referensi baru bagi saya sebagai coach yaitu apabila sebelumnya coach berperan menggali masalah yang dilalui oleh coachee maka coaching model TIRTA sangat menolong untuk memberikan layanan dari sisi lain yakni menggali potensi siswa dalam menyelesaikan masalah. 

Sementara dalam coaching model TIRTA, coach tidak secara langsung memberikan solusi kepada coachee tetapi memberikan kesempatan bagi coachee untuk menemukan potensi dirinya dalam menyelesaikan masalah dengan memberikan pertanyaan pemantik. 

Dalam hal inilah ketrampilan komunikasi dan bertanya efektif akan sangat berguna. Untuk meningkatkan kemampuan saya belajar dari rekan guru senior, kepala sekolah, rekan CGP, fasilitator dan berbagai sumber belajar lainnya baik media cetak maupun media online. 

Selain itu dari hasil pembelajaran coaching ini saya berharap dapat mengimplemenatsikan dan menularkan apa yang saya pelajari kapada rekan sejawat untuk meningkatkan kemajuan sekolah dalam rangka menciptakan tujuan Pendidikan yaitu Merdeka Belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun