Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tak Ada 48 Juta Ton Makanan Terbuang, Jika...

23 Oktober 2021   22:21 Diperbarui: 24 Oktober 2021   13:24 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makanan terbuang, sementara 2 juta anak kelaparan sumber:  kreasi Canva

Diperlukan kerja sama antara pemerintah, kelompok petani serta pengusaha untuk menyerap produk hasil panen. Jika memungkinkan perlu diupayakan perjanjian khusus antara satu pemerintah daerah dan pemerintah lainnya untuk bertukar produk hasil panen raya. Misalnya Pemprov A panen raya dan surplus tomat, sedangkan di provinsi B suplai tomat tidak begitu berlimpah namun provinsi B sedang panen jagung berlimpah, maka Pemprov A dan B bisa mengupayakan kerja sama dagang untuk barter produk pertanian sesuai kebutuhan. Kran ekspor produk dan olahan pertanian hendaknya dibuka lebar. Sedangkan impor seharusnya harus ditekan sedemikian rupa, mengingat negara kita adalah negara agraris yang berkecukupan produksinya.

Membuang makanan adalah perilaku tak berperikemanusiaan. Sebab di sisi lain masih banyak pihak yang bahkan tak bisa pilih-pilih menu, karena tak mampu membeli makanan. Ketika hendak belanja makanan berlebih atau enggan menghabiskan dengan berbagai alasan, renungkanlah, di luar sana sebagian orang menderita kelaparan. Bukan hanya manusia yang butuh rasa sayang, hidangan di meja makan pun perlu disayang-sayang, agar tak ada lagi 48 juta ton makanan terbuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun