Mohon tunggu...
Davi Massie
Davi Massie Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan dan Blogger

If opportunity doesn’t knock, then build a door.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengatur Pundi-pundi, Menjaga Asa di Tengah Pandemi

18 Juni 2020   13:27 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:25 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup sulit. Padahal belum juga sampai setengah dari tahun ini berjalan. Tapi rasanya energi yang diserap dari hidup kita seperti sudah membuat kita tersengal-sengal. 

Pandemi virus corona merebak sejak awal bulan Maret di Tanah Air. Namun dampaknya telah memukul berbagai sudut ekonomi. Pandemi Covid-19 ini seperti pilihan buah simalakama. Yaitu berada antara dua pilihan yang sama tidak enaknya. Antara mati karena virus atau mati karena kelaparan. 

Sejumlah negara menerapkan "lockdown". Kegiatan penduduk setempat diisolasi penuh. Namun kebijakan ini bukan tanpa konsekuensi. Terbukti beberapa negara yang tidak siap secara finansial malah berujung pada krisis kemanusiaan. Penduduk yang sudah miskin, ditambah kesulitan untuk bekerja akhirnya harus hidup kelaparan.

Berbeda dengan negara lain, PSBB atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar menjadi langkah yang diambil pemerintah Indonesia. 

Imbauan untuk tinggal #DiRumahAja mulai dari bekerja, bersekolah, hingga beribadah, membuat kita tentu bisa menebak kondisi seperti apa yang dihadapi kelas pekerja. Karena tidak sedikit pelaku bisnis yang kelimpungan menghadapi krisis yang mulai nampak di depan mata.

PSBB kebijakan ditengah pandemi. | sumber: katadata.com
PSBB kebijakan ditengah pandemi. | sumber: katadata.com

Ini juga seperti pukulan telak, khususnya buat para pekerja harian yang terancam kehilangan penghasilan mereka. Tidak sedikit pula perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja pada karyawannya, karena aktivitas bisnis yang secara tiba-tiba harus terhenti.

Bayangkan saja, pandemi Covid-19 ini telah meruntuhkan sektor produksi dan konsumsi dalam mata rantai pasokan skala nasional. Konsumsi rumah tangga anjlok,  padahal justru 59% nya berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

Sejumlah usaha dan bisnis terhenti karena pandemi. | sumber: forbes.com
Sejumlah usaha dan bisnis terhenti karena pandemi. | sumber: forbes.com

Selama wabah belum berujung, niscaya kondisi perekonomian belum bisa kembali normal. Sekarang pertanyaannya tentu, "apa yang bisa dilakukan ditengah ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir?".

Reaksi setiap kita ketika diperhadapkan pada kondisi seperti sekarang ini tentu berbeda-beda. Panik memang bukan ide yang baik, namun tentu saja masuk akal untuk mengkhawatirkan dampak pandemi ini pada kondisi keuangan dan kesehatan fisik kita. 

Saya sendiri tidak menganggap bahwa kesehatan itu di atas keuangan. Ataupun sebaliknya, karena keduanya berkaitan.

Dalam artian, jangan karena menganggap kesehatan lebih penting dibanding uang, lalu memborong segala jenis produk dan alat kesehatan. Ada pula yang habis membelanjakan uangnya demi menimbun kebutuhan pokok.

Padahal reaksi atas kekhawatiran yang sangat berlebihan ini pada akhirnya membuat ekonomi masyarakat menjadi lebih kacau. Harga barang naik, padahal daya beli melemah. Dan ini memukul bukan saja sisi suplai tapi juga sisi permintaan.

Alat kesehatan yang habis karena perilaku panic buying.| sumber: jawapos.com
Alat kesehatan yang habis karena perilaku panic buying.| sumber: jawapos.com

Kenyataannya musibah wabah semasif pandemi Covid-19 ini, mendorong semua organisasi bisnis tanpa terkecuali untuk memutar otak memastikan keuangan usahanya tetap sehat. Memastikan agar mereka tetap bertahan ditengah krisis. 

Pemerintah pasti juga berupaya dengan maksimal supaya kondisi perekonomian masyarakat tidak lumpuh. Pemerintah melalui Bank Indonesia selaku garda terdepan penjaga stabilitas sistem keuangan, melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar sistem keuangan tetap stabil.

Namun upaya tersebut tentu tidak akan berjalan secara optimal bila tidak didukung semua pihak, termasuk masyarakat. Masyarakat yang mana? ya kita semua, saya dan kamu.

"Apa iya saya bisa berperan dalam membantu menjaga stabilitas sistem keuangan?."

Kebanyakan dari kita pasti jawab, "ah saya kan bukan pengusaha, sayakan hanya ibu rumah tangga biasa". Atau "eh, saya hanya pegawai bawahan lho dengan gaji pas-pasan", pas gajian pas langsung habis hehehe.

Ibu, bapak, kakak, mas, mbak, sekecil apapun upaya yang kita lakukan untuk ikut membantu menjaga stabilitas sistem keuangan, akan terasa manfaatnya. Yang terpenting lagi adalah mempersiapkan sebanyak mungkin yang kita bisa lakukan untuk terus bertahan hidup ditengah Ketidakpastian ini.

Kita mungkin beranggapan, sangat sulit melakukan sesuatu ketika kondisi keuangan kita sendiri sedang morat-marit. Tapi tanpa kita sadari ada kok yang masih bisa kita lakukan. Bahkan beberapa hal mungkin sudah kita lakukan.

Di era dimana teknologi sudah semakin canggih, kita seperti kembali ke masa kanak-kanak yang baru saja belajar bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Lucu memang, tapi ini fakta. Sama halnya ketika krisis keuangan terjadi, kita seperti baru sadar bagaimana mengelola keuangan dengan benar.

Sudah mulai menabung?, jika belum ini waktu yang tepat. Memang sulit untuk membangun tabungan darurat saat kita sudah berada jauh di tengah-tengah krisis. Tapi tidak ada sesuatu yang terlambat untuk memulai sesuatu yang baik dan perlu.

Menabung di Bank.| sumber: cermati.com
Menabung di Bank.| sumber: cermati.com

Tujuannya tentu untuk berjaga-jaga. kita semua sama-sama belajar untuk tidak boleh rakus disaat enak. Artinya kita harus menyisakan pendapatan untuk kedepan seperti menabung. Kita sebagai masyarakat harus punya persiapan untuk masa buruk.

Bagi saya sendiri mulai saja dari seberapa pun nilainya yang bisa disisihkan. Mulailah untuk mengatur keuangan kembali. 

Kalau yang tadinya sepulang bekerja, mungkin kebanyakan kita lebih sering nongkrong di cafe dan sanggup membayar lebih mahal untuk secangkir kopi. Bagaimana jika uang itu sekarang kita tabung.

Tahukah kamu dengan menabung uang di bank, ternyata kita juga sudah membantu para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka. Karena hampir semua bank di Indonesia melakukan perputaran keuangannya dengan menyalurkan kredit untuk pelaku usaha.

Perputaran dana di bank yang juga disalurkan untuk kredit usaha.| sumber: galamedianews.com
Perputaran dana di bank yang juga disalurkan untuk kredit usaha.| sumber: galamedianews.com

Tidak hanya pengusaha besar lho, tetapi juga para pengusaha kecil dan menengah. Nah, jika para pelaku usaha ini bisnisnya berjalan lancar, otomatis roda ekonomi berjalan baik. Saat perekonomian tumbuh dengan baik maka tentu stabilitas sistem keuangan akan terjaga.

Yang tak kalah penting yaitu bijaksana dalam mengukur kemampuan finansial kita. Kita harus bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Karena apa yang kita inginkan belum tentu benar-benar yang kita butuhkan. Manusia itu jika ia memiliki uang lebih akan cenderung untuk membelanjakannya. Dan ini kesalahan fatal.

Berhematlah!. Memang tidak ada yang salah dengan keinginan untuk membeli sesuatu barang. Tapi bukan berarti segala cara dilakukan untuk memenuhi keinginan kita. 

Berapa banyak dari kita yang rela mengkredit, ataupun mengajukan pinjaman tanpa agunan ke bank untuk hal-hal yang konsumtif. Pada akhirnya justru utang kredit tersebut yang akhirnya "memiskinkan" kita.

Perilaku konsumtif yang justru memiskinkan.| sumber: pluang.com
Perilaku konsumtif yang justru memiskinkan.| sumber: pluang.com

Kutipan tokoh antagonis Gustavo Fring dari serial Breaking Bad yang berkata "One must learn to be rich. To be poor, anyone can manage". Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. 

Faktanya kita tidak akan menjadi kaya kecuali kita melakukannya. Kuncinya ialah mengurangi perilaku boros dan utang konsumtif.

Lalu kaitannya terhadap stabilitas sistem keuangan apa?. Nah, pertanyaan bagus. Berapa banyak kredit macet yang terjadi karena ketidaksanggupan untuk membayar. Bila banyak kredit macet akibat pola hidup masyarakat yang konsumtif, stabilitas sistem keuangan negara ya terganggu.

Seharusnya bank dapat memutar uang tersebut untuk dialokasikan juga ke sektor-sektor usaha riil, tetapi malah terkendala. Padahal justru dari sektor-sektor usaha tersebutlah yang menjadi motor sekaligus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ilustrasi/Ketidakstabilan sistem keuangan.| sumber: thejakartapost.com
Ilustrasi/Ketidakstabilan sistem keuangan.| sumber: thejakartapost.com

Akhirnya pemerintah harus juga mengeluarkan kebijakan relaksasi kredit melalui restrukturisasi. Tujuannya untuk meringankan kreditur. Keringanannya bisa dalam bentuk penyesuaian cicilan pokok, penurunan suku bunga, juga perpanjangan waktu hingga 12 bulan.

Tapi yang repotnya adalah ketika krisis ekonomi terjadi, kebanyakan dari nasabah penyimpan dana cenderung untuk menarik dana dari bank secara besar-besaran. Ini juga kesalahan yang dilakukan sebagian kita. Benarkan?. 

Stop melakukan rush!. Karena pelaksanaan restrukturisasi ini juga harus memastikan ketersediaan arus likuiditas bank yang cukup.

Inisiatif lain?. Bagaimana jika menciptakan peluang usaha sendiri. Indonesia melalui PT. Sritex sudah dapat memproduksi sendiri baju APD yang telah mendapatkan sertifikat ISO 16604 Class 3. Bahkan baju tersebut telah lolos pengujian oleh Intertek Headquarter yang berbasis di New York, Amerika Serikat.

Bangganya lagi baju tersebut telah diakui kelayakannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Dari sini kita melihat bahwa, produk yang ada di dalam negeri bisa diandalkan. Ini berarti pemerintah juga tidak harus bersusah payah mengharapkan sepenuhnya dari impor.

Ini seperti virus baik yang mulai menyebar ke para pelaku usaha, juga industri rumah tangga lainnya. Mulai bangkit dan memulai bisnis mereka. Apapun itu.

Banyak sekarang usaha rumahan yang bisa membuat masker, pelindung wajah/face shield, bahkan baju hazmat. Ada yang bahkan beralih usahanya. Yang tadinya mungkin adalah usaha konfeksi pakaian jadi, tetapi karena dunia fashion saat ini sedang lesu, mereka mulai beralih dengan membuat masker dengan bermacam macam corak dan juga baju APD. 

Industri rumah tangga membuat baju APD.| sumber: mimbarrakyatnews.com
Industri rumah tangga membuat baju APD.| sumber: mimbarrakyatnews.com

Jiwa kreatif seperti ini yang secara tidak langsung sangat membantu ikut menjaga stabilitas sistem keuangan.

Belum lagi di era digital sekarang ini membuat usaha jenis apapun menjadi lebih mudah. Dengan membuka usaha online bukan saja biaya operasional yang lebih rendah, bahkan budget pemasaran bisa diatur sesuai kebutuhan. Dan yang lebih utama kita bisa menjangkau pelanggan lebih luas lagi. 

Ini saatnya kamu memanfaatkan teknologi yang ada di genggaman kamu. Ini saatnya untuk go online!

Manfaatkanlah sosial media. Sosial media yang mungkin selama ini cuma jadi "ajang pamer" atau show off. Bisa banget kamu manfaatkan sebagai media promosi untuk produk jualan kamu. Bahkan tanpa kamu sadari, kamu juga bisa menjadi sumber inspirasi. Makin banyak yang terinspirasi, makin banyak yang bisa mandiri.

Manfaatkan perangkat digital, membuka usaha online.| sumber: vice.com
Manfaatkan perangkat digital, membuka usaha online.| sumber: vice.com

Akan terasa rumit jika pikiran kita membatasi ruang gerak kita. Mulai saja dari apapun yang bisa kita usahakan. 

Seperti langit biru dan udara segar yang belakangan hari nampak di langit Jakarta, kita memang harus optimistis bahwa harapan untuk kembali bangkit masih terbuka lebar. Meskipun memang kita belum melihat ujung dari pandemi Covid-19 ini.

Setidaknya hal-hal sekecil apapun yang kita lakukan, bisa mengurangi resiko terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Bukan saja pada skala besar, dampaknya juga tentu pada kestabilan keuangan kita sendiri. 

Jadi, "Kalau bukan sekarang kapan lagi?, kalau bukan kita siapa lagi? ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun