Kalau ditanya masalah terbesar remaja zaman sekarang, banyak yang jawab: overthinking. Entah itu mikirin masa depan, insecure soal penampilan, sampai khawatir tentang hubungan pertemanan. Overthinking seolah jadi ‘teman akrab’ yang selalu nongol tiap malam sebelum tidur.
Fenomena ini muncul karena remaja sekarang hidup di era serba cepat. Informasi datang tanpa henti, standar kesuksesan berseliweran di media sosial, dan ekspektasi dari lingkungan kadang terasa berat. Akhirnya, pikiran jadi nggak berhenti muter-muter.
Remaja Zaman Now : Antara Self-Branding, Healing, dan Nyari Jati Diri. Baca Selengkapnya...
Tapi jangan salah, overthinking itu sebenarnya wajar. Itu tanda kalau otak kita sedang aktif bekerja, berusaha memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Masalahnya muncul ketika overthinking berubah jadi kebiasaan yang bikin capek sendiri.
Misalnya, remaja jadi ragu ambil keputusan sederhana seperti: ‘post foto ini sekarang atau besok?’, atau ‘chat duluan apa nggak ya?’. Hal-hal kecil bisa jadi drama besar di kepala. Padahal, kalau dipikir ulang, nggak semua hal butuh analisis serumit itu.
Cara ngatasin overthinking nggak selalu harus ribet. Salah satunya adalah menulis jurnal. Dengan menuliskan apa yang kita rasakan, beban pikiran bisa lebih ringan. Selain itu, ngobrol sama teman dekat juga bisa membantu banget.
Meditasi, olahraga ringan, atau sekadar jalan sore juga bisa jadi solusi. Aktivitas sederhana ini membantu tubuh dan pikiran lebih tenang, sehingga overthinking bisa berkurang. Intinya, jangan biarkan pikiran menguasai kita, tapi kita yang harus bisa mengendalikan pikiran.
Bukan Belanda, Inilah Negara Eropa Pertama yang Menjajah Indonesia. Baca Selengkapnya...
Hal penting lainnya adalah belajar menerima ketidakpastian. Nggak semua hal bisa kita kontrol, dan itu nggak apa-apa. Justru, dengan menerima hal yang di luar kendali, hidup jadi lebih ringan.