Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menembus Hujan Badai di Puncak Gunung Dempo

16 Februari 2021   13:51 Diperbarui: 19 Februari 2021   19:45 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 15.00 WIB kami baru tiba di pintu rimba. Terdapat tanah lapang berukuran sekitar  6 x 4 meter, kami berhenti sejenak sambil minum dan menikmati makanan ringan. Rombongan mengobrol satu sama lain hingga makin akrab dan melenturkan urat penat. 

Sejurus kemudian sebelum melanjutkan pendakian menujul shelter satu, kami melakukan ritual doa, memohon kepada Allah SWT agar perjalanan  dilancarkan, lalu Iqbal, salah seorang dari tujuh pendaki muda mengumandangkan adzan sebagai pertanda kepada penghuni gunung bahwa kami datang dengan niat baik-baik.

Jalur mendaki dari pintu rimba menuju shelter satu mulai berat. Aku semakin lemah dan nafas tersengal. Sementara Aisyah jauh meninggalkanku, ia mengikuti rombongan yang baru bergabung tadi. 

Tampaknya ia bersemangat sekali apalagi para pendaki rombongan tersebut begitu bersahaja dengan Aisyah, selalu mengutamakan keselamatan Aisyah, dan bercanda ria layaknya anak-anak milenial sekarang ini. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Beruntungnya, ada penunjuk jalan yang ditandai dengan kalimat asmal husnah menempel di pohon setiap berjarak sekitar 30 sampai 50 meter. Aku pun mengucapkan kalimat tersebut dalam hati mengiringi langkah yang kutempuh hingga menemukan asmal husnah berikutnya.

Sempat berpikir untuk menghentikan pendakian dan kembali ke Kampung 4 Dempo, beberapa kali aku terpeleset dan jatuh, benar kata para pendaki  bahwa : "Ke Puncak Dempo judulnya bukanlah mendaki, melainkan memanjat gunung". 


Tersebab sepanjang perjalanan saat kaki memijak harus diikuti dengan tangan yang berpegang erat pada akar atau pohon kayu".  Namun Aisyah semakin tidak terkejar olehku, sementara sinyal hape sudah tidak terjangkau lagi. Aku harus mengejarnya. Aku akan memastikan bahwa Aisyah baik-baik saja. Akhirya kubulatkan tekad mendaki sampai puncak.

Di lain sisi, aku sangat menikmati pendakian ini, udara yang sejuk, pohon-pohon tua dan tinggi, banyaknya anggrek liar dengan beraneka ragam spicies sangat memesona. Belum lagi bunga-bunga hutan lainnya serta bermacam rupa jenis keladi sangat menghibur dan menaikkan adrenalinku.

Sempat terbersit ingin membawa pulang bunga-bunga tersebut, namun menurut wejangan yang kami dengar, jangan membawa apapun dari gunung, kecuali photo. Konon katanya banyak yang sakit atau bahkan meninggal dunia karena membawa tanaman dari Gunung Dempo, apalagi jika mengambil kayu yang dinamakan dengan "Kayu Panjang Umur".

Tak kurasakan lagi kalau sepanjang pendakian kami masih ditemani oleh hujan dan badai. Tak kuhiraukan lagi pakaianku yang sudah bergumpal dengan lumpur. Tak kupedulikan sepatuku yang sudah tak berbentuk. 

Tak ada lagi kekhawatirkan akan terpeleset dan terjatuh. Itu semua karena tubuhku sudah menyatu dan menjadi bagian dari alam pegunungan ini,  tubuhku sudah sama warnanya dengan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun