Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menembus Hujan Badai di Puncak Gunung Dempo

16 Februari 2021   13:51 Diperbarui: 19 Februari 2021   19:45 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah satu bulan kami membahas tentang pendakian ke Gunung Dempo. Awalnya hanya aku, Dody dan Agung, dua staff muda di kantorku yang akan melakukan pendakian. 

Namun lama kelamaan anggota terus bertambah hingga berjumlah delapan orang lain, yaitu Fahen, Fanie, Darman, Arga dan Supri. Kesemuanya masih dibawah tiga puluh tahun. Sedangkan aku sudah berumur lima puluh tiga tahun.

Aku membicarakan rencana tersebut kepada istriku, ia sangat tidak mendukung. Yang menjadi sorotannya adalah usiaku yang sudah tidak muda lagi, jalur pendakian yang tak bersahabat. 

Gunung Dempo bukanlah gunung yang memiliki fasilitas wisata seperti kebanyakkan gunung di pulau Jawa. Lebih dari itu, terdengar berita bahwa di puncak Gunung Dempo sedang terjadi hujan badai.

Namun aku bergeming, karena pendakian ini memiliki misi tersendiri, yaitu untuk menancapkan bendera hari ulang tahun BRI yang ke 125 tahun. Ini adalah sejarah baru dalam hidupku,  dalam pikiranku mungkin ini adalah pendakian paling spektakuler. Perdana dan terakhir mengingat usia sudah setengah abad lebih.

Tapi istriku bersikeras melarang, baginya sudah lewat waktuku untuk mendaki gunung, ia menambahkan keangkeran Gunung Dempo, banyak pendaki tak kembali. Banyak pula pertapa yang  meminta tumbal para pendaki. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Belum lagi gangguan makhluk halus, binatang buas seperti macan dan harimau, juga adanya persimpangan jalan menyesatkan yang bisa menggiring pendaki menuju jurang atau sarang penyamun.

Mendengar masukkan tersebut,  aku akhirnya mengatakan bahwa, aku hanya ikut ke Pagaralam saja, sesampai di sana, biarlah mereka yang muda yang mendaki, aku akan berkeliling ke tempat-tempat wisata saja, bukankah masih banyak tempat wisata di Pagaralam yang belum dikunjungi. 

Mendengar alasan tersebut istriku langsung mengizinkan, dan sebagai teman, ia membolehkan Aisyah, anak perempuanku yang baru berumur dua belas tahun ikut serta.

Pada hari Jumat tanggal 4 Desember 2020, selepas Maghrib  berangkatlah kami bersembilan ke Pagaralam dengan mengendarai dua buah mobil. Perjalanan memakan waktu  cukup lama, sekitar tujuh jam lebih. Kami melintasi kota Prabumulih, Muaraenim dan Lahat. 

Sepanjang perjalanan terus berdiskusi dan membahas tentang situasi Gunung Dempo yang khabar terakhir  masih diselimuti kabut, hujan dan badai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun