Mohon tunggu...
Hasudungan Hutasoit (Hts S)
Hasudungan Hutasoit (Hts S) Mohon Tunggu... Sales - Kompasianer abal-abal seperti dulu masih

Kalau tidak bisa peluk ayahmu, peluklah anakmu.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rabar, Kuliner Batak Toba Melatih Kerjasama Sejak Dini

19 Juni 2019   21:27 Diperbarui: 19 Juni 2019   22:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Saya mengalami masa kanak-kanak di Tapanuli Utara, tepatnya di Kecamatan Siborongborong. Ketika itu belum ada listrik masuk desa. Hanya ada dua televisi di kampung kami, punya ompung parlapoi dan opung guru kepala. Keduanya ditenagai oleh baterei basah atau aki. Kami pun jarang jajan karena keterbatasan ekonomi ketika itu.

Minim hiburan dan uang jajan, kami anak-anak kampung harus kreatif menciptakan permainan dan mendapatkan penganan kecil pengganti jajan. Hampir semua permainan anak-anak dilakukan secara bersama, misalnya: marsijangkop, martulbe, margendong, martali-goyang, marangker, margala-tingko, dan lain-lain. Itu semua permainan berkelompok. Bukan permainan individu.

Salah satu penganan kecil yang sering kami makan bersama bernama rabar. Rabar ini berbahan dasar mutik ni pinasa (buah nangka yang masih sangat kecil/bakal buah). Rabar dikenal juga dengan nama jera-jera atau jengga-jengga.

Mutik ni pinasa dipetik dari pohonnya. Tentu memetiknya ramai-ramai. Kadang perlu memanjat karena bakal buah nangka letaknya tinggi.  Atau harus diambil menggunakan arar -- galah. Proses memetik bakal buah nangka itu perlu kerjasama yang baik.

Setelah terkumpul mutik ni pinasa itu dan dirasa sudah cukup untuk dibagikan ke seluruh anggota nantinya, selanjutnya ditumbuk di losung -- lesung. Biasanya menumbuk ini menjadi tugas anak perempuan. 

Untuk bumbunya dibutuhkan cabai dan garam. Nah untuk pengadaan cabai dan garam ini perlu kerjasama. Anak yang satu menyumbangkan garam, yang satu lagi menyumbangkan cabai. Ketika itu bahan-bahan itu tidak selalu tersedia banyak di rumah penduduk. Itu pun perlu dikumpulkan dari beberapa anak.

Setelah tertumbuk halus, rabar siap dihidangkan. Untuk wadah (piringnya) bisa menggunakan daun nangka yang lebar atau daun kopi. Sedangkan sendoknya bisa dibuat dari daun nenas yang dipotong-potong, atau langsung pakai tangan supaya lebih cepat. 

Membagi rabar tentu harus berdasarkan keadilan, bagi rata. Jangan sampai ada anak yang mendapat bagian lebih besar dari anak yang lain, kecuali hal itu sudah merupakan kerelaan bersama.

Demikianlah salah satu kegiatan anak-anak di kampung kami dulu yang tidak sengaja dapat menanamkan kerjasama yang baik.

Di kampung Anda bagaimana?

Oleh: Hasudungan Hutasoit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun