Pada waktu itu George W Bush junior menuduh Al Qaeda dibalik peledakan tersebut.
Tokoh utama Al Qaeda saat itu adalah Osama bin Laden dengan demikian perburuan dengan dalih perang melawan terorisme pun digaungkan ke seantero dunia.
Kepala Osama pun di banderol $25 juta. Kemudian AS dan NATO memulai misi penyergapan ke Afganistan, karena di negara ini ditengarai melindungi tokoh Al Qaeda yang paling di cari itu.
Hanya dua bulan saja pemerintah Taliban mampu menahan serangan AS dan NATO, kemudian mereka pun terusir dari ibukota Kabul.
Tampillah pemerintahan baru Hamid Karzae sebagai boneka AS. Bagi kelompok Taliban serangan yang mendadak tersebut jelas menjadi pukulan yang telak karena ketidaksiapan melawan Amerika.
Kembalilah Taliban berjuang secara gerilya dan menyatakan perang terhadap Amerika sehingga banyak petinggi-petinggi Taliban yang di tahan di antaranya adalah Abdul Ghani Baradar.
Selama hampir dua dekade Taliban berjuang baik secara gerilya melakukan serangan bersenjata terhadap pasukan sekutu ataupun jalur diplomasi terhadap para pemimpin dunia.
Akhirnya di pertengahan bulan Agustus yaitu pada tanggal 15 Agustus 2021. Setelah berhasil menguasai berbagai provinsi, akhirnya Taliban memasuki ibukota, Kabul.
Dan berhasil memaksa presiden Ashraf Ghani keluar dan meninggalkan jabatannya. Maka secara de facto mulai hari itu Taliban sebagai penguasa penuh Afganistan.
Perang Afgan menyisakan kerugian bagi kubu-kubu yang berperang. Amerika kehilangan lebih dari 2400 tentaranya. Sementara NATO sekitar 1100 tentara.
Dana yang dihabiskan selama kampanye perang  sebesar US $2 triliun atau sekitar Rp. 29.2 triliun, AS dan NATO sepertinya habis-habisan untuk berperang melawan isu terorisme global.