Mohon tunggu...
Drian Bias
Drian Bias Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Saya tertarik pada topik-topik perekonomian makro dan juga lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Manajemen Stress dan Kelelahan pada Keluarga dengan Anak Remaja

17 November 2022   09:19 Diperbarui: 17 November 2022   09:30 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Drian Bias Muliawati, Nur Afifah, Nyoman Setyawan, Zidan Anugrah Fauzan, Syahryan Ar Rasyid

Dosen Pengajar Mata Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga:

Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. dan Ir. MD. Djamaludin, M.Sc.

Masa remaja menjadi masa-masa rawan dimana seorang individu berada pada posisi diri yang tak bisa dikatakan dewasa maupun anak-anak. Pertumbuhan remaja yang terjadi akan selalu selaras dengan perkembangan fisik, kognitif, sosial, kreatifitas, maupun bahasa. Namun, saat ini remaja dominan memiliki respons perubahan yang berbeda sesuai dengan  berlangsungnya waktu bersama keluarga, lingkungan, reaksi orang-orang di sekitarnya, ataupun bimbingan dari orang-orang terdekat. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, orang tua memiliki mobilitas yang semakin tinggi. Banyak keluarga yang kedua orang tuanya bekerja hingga meninggalkan rumah selama berhari-hari karena pekerjaan di luar kota. Akhirnya, tidak ada kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Hal tersebut dapat menimbulkan stres dalam diri remaja.

Menurut APA's Stress in America, tanda dan gejala seseorang mengalami stres dan kelelahan adalah harus memiliki setidaknya lima gejala selama setidaknya dua minggu yaitu suasana hati yang tertekan, ditandai dengan kesedihan, kekosongan, keputusasaan, lekas marah, atau gelisah; berkurangnya minat atau kesenangan secara nyata pada hampir semua aktivitas; penurunan berat badan yang signifikan saat tidak berdiet, atau penambahan berat badan; ketidakmampuan untuk tidur, atau tidur berlebihan; agitasi atau retardasi psikomotor; kelelahan atau kehilangan energi; perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan (yang bersifat delusi); berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-raguan; ataupun pikiran akan kematian bahkan ide untuk bunuh diri yang berulang.

Terdapat banyak sumber stres. Untuk mengelola stres dengan baik, perlu memahami penyebab stres dan memahami akar masalahnya. Pemicu stres biasa disebut dengan stresor yang terdiri atas tiga jenis. Yang pertama, stresor internal (self-generated) yang bersumber dari dalam diri seseorang, Stresor internal dapat berupa "kesakitan" yang merupakan tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Stresor internal juga dapat berupa penilaian negatif apabila seseorang mengalami konflik. 

Berikutnya ada stresor relasional yaitu sumber stres di dalam keluarga ataupun pertemanan diantaranya interaksi antaranggota keluarga, seperti perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan acuh tak acuh, hingga tujuan yang berbeda. Lalu, yang terakhir adalah stresor lingkungan. Stresor ini dapat beras dari lingkungan fisik seperti kebisingan, suhu yang panas, dan sesak. Stresor lingkungan juga dapat berupa stresor secara global seperti migrasi dan kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas. Perubahan mendadak di sekitar seorang individu seperti pandemi Covid-19 dengan diberlakukannya pembatasan kontak fisik juga dapat menjadi stresor lingkungan.

Stres dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Winkleman menunjukkan bahwa secara fisik, stres akan mengakibatkan kurangnya energi dari tubuh secara persisten, kurangnya nafsu makan, sakit kepala, bahkan sakit lambung. Penelitian lain yang dilakukan Oman menyebutkan bahwa tingginya tingkat stres, khususnya pada mahasiswa, berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi, keinginan untuk bunuh diri, pola hidup yang buruk, gangguan pola tidur, sakit kepala, serta perasaan tidak berdaya.

Dalam kehidupan remaja, stres dapat menyebabkan remaja sulit mengontrol emosi seperti merasa takut, cemas, gelisah setiap saat, dan menjadi mudah marah. Jika emosi marah diluapkan secara berlebihan, maka bisa memicu terjadinya perkelahian dan tindakan lain yang bersifat anarkis sehingga timbul stres. Selain itu, stres juga membuat mereka mengalami gangguan tidur dan pola makan, serta tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Alhasil, proses belajar juga akan ikut terganggu dan prestasi remaja pun menurun. Pada aspek perilaku, stres pada remaja berdampak pada hilangnya keinginan untuk bersosialisasi, kecenderungan untuk menyendiri, dan keinginan untuk menghindari orang lain. Lebih parahnya lagi, stres yang berlarut-larut dapat menimbulkan depresi hingga keinginan untuk bunuh diri.

Pentingnya Manajemen Stres pada Remaja

Manajemen stres dan kelelahan pada remaja berkaitan dengan keluarga dan lingkungan remaja tersebut. Menurut Bronfenbrenner, dalam perspektif ekologi, pengasuhan anak tidak lepas dari sistem yang ada di sekitarnya. Sistem tersebut yaitu microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem. Microsystem adalah hal yang berhubungan langsung dengan anak, contohnya orang tua dan saudara kandung. Mesosystem adalah interaksi yang terjadi dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan anak, contohnya interaksi antara orang tua dan guru. Exosystem adalah hal yang berhubungan dengan orang di sekitar anak, contohnya tempat kerja orang tua dan tetangga. Macrosystem adalah hal kultural, contohnya politik, ekonomi, suku, dan ras. Chronosystem adalah perubahan lingkungan yang terjadi pada anak sepanjang hidupnya, contohnya kejadian sejarah dan perubahan besar dalam hidup. Kelima sistem ini dapat memicu stres dan kelelahan remaja tergantung bagaimana keluarga dan hal lain di sekitarnya yang memengaruhi dirinya secara positif atau negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun