Mohon tunggu...
Dr. Dedi Nurhadiat
Dr. Dedi Nurhadiat Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku pelajaran KTK dan Seni Budaya di PT.Grasindo, dan BPK Penabur

Manajemen Pendidikan UNJ tahun 2013. Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung lulus tahun 1986. Menjabat sebagai direktur media SATUGURU sejak tahun 2021 hingga sekarang. Aktif di Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) sejak tahun 2020. Menjabat sebagai kepala sekolah di beberapa SMA sejak Tahun 2009 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Selamat Jalan Buya Ahmad Syafii Maarif, Selamat Datang Sang Penerus (Anak Jaman Selalu Hadir Menjawab Tantangan)

28 Mei 2022   11:24 Diperbarui: 29 Mei 2022   05:25 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Anak jaman yang selalu mewarnai lingkungan itu, telah berpulang dengan cara yang begitu mulia. Wafatnya Buya Ahmad Syafii Maarif tepat di hari Jumat adalah sebuah impian mayoritas umat muslim. Wafatnya  di hari keramat itu, membuat haru dan sekaligus cemburu  bagi para pengikutnya.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (1998-2005) itu tutup usia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, DIY, pukul 10.15 WIB. Berarti menjelang salat Jumat. Hari meninggal yang begitu mulia.


Media SindoNews.com  mengungkap pendapat Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdul Rohim Ghazali  yang menyampaikan bahwa Buya Syafii sebagai pribadi sederhana yang jiwanya selalu gelisah. Kalimat kegelisahan inilah yang memerlukan pemikiran kaum muda anak jaman ke depan. Seperti sepak terjang Buya yang muncul sebagai salah satu intelektual muslim terkemuka di tanah air, pada masanya.

Buya menilai Indonesia merupakan bangsa yang belum sepenuhnya jadi, sehingga sering kali diuji dengan berbagai konflik. Ini adalah pekerjaan rumah bagi generasi anak zaman yang akan meneruskannya. Tahun 2024 adalah arena yang ditunggu-tunggu dan perlu pemikiran anak jaman sekelas Buya. 

Karena Indonesia yang sangat luas ini, seperti air dua lautan dalam kisah QS Arrakhman ayat 22. Lautan yang tidak mau bersatu dibatasi dinding. Yang dari dalamnya ada mutiara dan marjan (yang sangat berharga). Ayat Qur'an itu terbukti adanya di Samudra Atlantik, tapi realisasi makna yang terkandung adanya di Indonesia.
Karena menurut Buya, bangsa ini perlu dirawat, bahkan kalau perlu juga diruwat. Kalimat ini begitu menukik tajam. Karena ruwatan itu merupakan kalimat yang setara dengan pengobatan atau "Rukyah" mengusir makhluk pengganggu di dalam jasad kasar. Agar ruh terbebas dari pengaruh roh jahat.

Pernyataan di atas ini punyak makna mendalam. Seperti uraian lanjutannya bahwa untuk merawat Indonesia yang besar ini perlu orang dengan pemikiran besar dan berwawasan jauh ke depan, bukan pikiran pikiran partisan. Begitu ungkapnya. Gusdur pernah menyebut Buya sebagai pendekar Chaniago.

Ada tiga tokoh yang studi doktoral di Chicago University, yang disebut Gus Dur, dengan sebutan "Tiga Pendekar dari Chicago".  Ketiganya sering menuai polemik yang di perbincangkan tidak berkesudahan. Polemik dalam arti positif. Tak jarang pandangannya dianggap miring oleh sebagian pihak. Itulah bagian dari perjuangan. Polemik itulah yang menyudutkan dan sekaligus membesarkan dirinya. Dukunganpun terus meningkat, lawan jadi kawan bahkan akhirnya jadi para pengagum beliau. Semuanya berkat perjuangannya yang tulus di jalan Allah.

Kita toleh dulu sosok lain yang hidup sejaman dengan beliau. Yang tangguh mewarnai pemikiran banyak orang. Seperti Nurcholish Madjid dan Amien Rais. Mereka ini di ruang publik terus bergerilya. Tak terduga pula ada lawan bisa  jadi kawan, dan pada akhirnya mengangkat nama baiknya. Disamping banyaknya orang yang tetap bersebrangan dalam kerangka saling hormat. Daya dobrak yang luar biasa itu, tak harus mengorbankan rasa hormat pada lawan-lawannya.

Pandangan tiga doktor dari Chaniago tersebut di atas ini, biasanya bukan hanya sekedar perkataan lisan, banyak  berupa artikel & opini di koran dan majalah terkemuka. Buah pikirannya sering menghebohkan jagat perpolitikan Indonesia saat itu. Yang jadi bahan argumen dan cacian. Walau buahnya diambil yang lain, karena pohon perjuangan doyong ke lahan orang lain.

Pendapat para laskar di atas, tentu saja berdampingan dengan hebohnya tulisan dan pendapat para laskar dari  jebolan Universitas dari Timur Tengah. Seperti Quraish Shihab atau Gusdur diantaranya. Kadang seiring, kadang bentrok dan salah paham. Itulah dinamikanya. Dalam alam demokrasi perbedaan pendapat itu syah adanya.

Sejak tulisan 3 laskar  chaniago ini mewarnai media, perbincangan Islam modernis dengan nasionalisme ala Orde Baru menjadi ruang terbuka secara intelektual bagi generasi 90-an.
Tapi maaf, jika tak bisa dipungkiri mereka para tokoh ini bukanlah malaikat yang sempurna. Jika ada sedikit salah, harus kita maafkan, karena arah pendapat dan tulisannya "untuk kebaikan" walau kadang menuai pro & kontra. Dan tentunya akan dipertanggungjawabkan di alam kekal.

Pertama adalah perihal Islam Liberal. Julukan itu disematkan oleh Cendekiawan muslim Adian Husaini yang mengkategorikan Buya Ahmad Syafii Maarif sebagai tokoh Muhammadiyah pendukung gagasan Islam Liberal (neomodernisme) yang diusung oleh Fazlur Rahman. Konon merupakan dosennya. Buya pada 2001 yang menolak kembalinya Piagam Jakarta ke dalam konstitusi, membuat kecewa sebagian orang.

Zuly Qadir mencatat Syafii dan Hasyim Muzadi menolak pemberlakuan syariat Islam secara formal di Indonesia. Ia ditulis sebagai kelompok senior dalam buku berjudul 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia: Pengusung Ide Sekulerisasi, Pluralisme, dan Liberalisasi Agama. Sesungguhnya pandangan ini patut diduga, untuk merangkul Indonesia bagian timur dan barat secara harmoni. Hingga kini terbukti hiruk-pikuk itu masih dalam kerangka NKRI. 

Ancaman dari luar tidak bisa melibas Indonesia disamakan dengan musuh negara adi daya. Penguasa dunia menganggap Islam adalah teroris yang harus dimusnahkan. Pancasila  itu bukan Agama tertentu, yang tentu saja tidak bisa dilibas seperti negara yang terang-terangan mengaku dasar negaranya Islam. Irak jaman Sadam itu juga banyak mengangkat pejabat dari non muslim. Tapi tidak seperti di negara Pancasila. Indonesia bisa dekat dengan  presiden Putin karena  negara itu membela Palestina dan umat Islam di negaranya.

Tak hanya Syafii, nama Nurcholish Madjid dan tokoh-tokoh lainya dianggap satu pemahaman. Muhamad Afif Bahaf juga menuliskan bahwa gerakan Islam Liberal tumbuh subur di Muhammadiyah semasa dipimpin Syafii. Banyak pemikir cerdik yang berpendapat jika pemerintahan terlalu menonjolkan keberpihakan ke Islam panatik akan disudutkan penguasa dunia. Kisah Sadam Husen, & Kolonel Kadafi yang harus jadi korban politik global. Senjata pemusnah masal di Irak itu hoax, tapi USA hanya sebatas minta maaf saja diatas puing-puing sisa perang.

Hal di atas itu, tidak boleh terjadi di NKRI. Walau harus berbenturan dengan umat  Islam panatik. Peristiwa UAS di deportasi  dari Singapura membuat publik terpecah. Pola pikir garis tengah diperlukan. Mengapa ? Bisa kita amati tentang meriahnya perayaan hari kemerdekaan Israel di Singapura. Karpet merah bagi koruptor Indonesia di negeri ini begitu nyata terbentang. Kajian kisah perilaku Nabi Khidir yang membuat  Musa menyerah. Ilmu Nabi Musa tampaknya tidak sepadan. Polemik di pikiran Nabi Musa memutuskan untuk menyerah dan bertobat kepada Allah. Dengan penuh pengakuan pada kehebatan manusia pilihan itu.


Kalau dikaji, dari kontroversi pendapat para tokoh diatas yang  berpolemik saat itu, sesungguhnya menuju pola pikir yang harmoni. Seperti dalam kisah Nabi Khidir, perbuatan yang berdampak. Bisa terbaca dan terbukti di masa depan (ilmu khikmah). Para tokoh di atas ini juga, mengusik pola pikir untuk menuai hasil diluar praduga masyarakat awam.  Diantaranya kontroversi:

1. Tuhan adalah Dewa Air.
2. Nabi Muhammad tidak Jaminan Masuk Sorga.
3. Ucapan "Selamat Pagi" lebih tepat dari pada Ucapan "Assalamualaikum"

Amarah para pendakwah lokal di berbagai daerah membuat langkah serangan  balik. Serangannya sering telak terhadap pendapat di atas. Dampaknya  begitu dakhsyat. Gairah penceramah semakin menggeliat mencari argumen untuk mematahkannya. Berbagai argumen turun bagaikan hujan yang deras dari langit. Tak jarang peristiwa itu jadi buah manis seperti hasil  kontroversi pendapat itu, melahirkan  ucapan salam secara Islami, di Radio, TV, hingga Rapat kenegaraan. Bahkan tak jarang Pidato resmi diawali Basmallah dan salam. Indonesia tampaknya sangat Islami.

Kembali ke Buya, pada November 2016, yang membela Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia membela dengan mengatakan bahwa Ahok tidak melakukan penistaan agama. Garis batas antara pro dan anti Ahok bisa di jembatani. Perbedaan itu mulia adanya. Penulis menilai almarhum sesungguhnya sejalan dengan mayoritas cendekiawan muslim lainnya. Jiwa kenegarawanan berani melawan arus, agar ada dialog persatuan di NKRI.

 Mengingatkan kita pada saat Bung Karno minta Jenazahnya di salatkan Buya Hamka dan terlaksana. Buya Hamka di penjara membuahkan karya besar Tafsir Al-Azhar. Karya tersebut dihargai dengan gelar profesor dari Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir


Pandangannya  Buya Maariif yang terkesan memihak Ahok ini melawan pendapat mayoritas tokoh Islam lainnya termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ini sesungguhnya banyak yang menilai sebagai tokoh pemersatu bangsa. (Kembalikan ke kisah Bung Karno & Buya Hamka di atas). Tugas negarawan itu sungguh berat. Buya Hamka begitu ikhlas menyolatkan jenajah Bung Karno.

Meski Hamka pernah dipenjara karena dituduh berencana membunuh Soekarno, pada akhirnya Hamka pula yang menjadi imam shalat jenazah saat Bung Karno berpulang, tanpa memikirkan dendam sedikit pun. Mungkin kelak akan terasa begitu indahnya jika terjadi pada diri Habib Riziek Sihab dan lawan politiknya yang banyak makan korban. Dan kisah ini akan terangkat di kemudian hari.

Kisah hubungan baik Soekarno dan Buya Hamka terungkap. Semua itu tertuang dalam buku memoar tentang Hamka berjudul Ayah... Kisah Buya Hamka (2013) yang ditulis oleh sang anak, Irfan Hamka. Tugas sang anak juga begitu mulia. Telah membuka mata generasi abad ini. Buya Hamka dipenjara terkesan tak membuat luka sang anak. Justru jadi suburnya nilai-nilai.


Kontroversi itu sebaiknya membuat jalinan nasionalisme bangsa menjadi harmoni. Mengapa ? Dalil dari berbagai kitab tentang Jaminan "Sorga" bagi Rosulullah di kajian berbagai pengajian dan diskusi dengan kesimpulan yang terus digaris bawahi. Polemik dengan pertanyaan "kutu airnya siapa?" Membulatkan  kesimpulan bahwa Allah tidak bisa disetarakan dengan "Dewa Air". Allah itu diatas segalanya, dst. Mungkin kelak akan ada buku yang mengupas nilai positif dari hal ini.

Tanpa kontroversi di atas, kajian itu tidak akan pernah hidup dengan dinamika yang begitu Indah. Klarifikasi tentang pendapat yang menjadi sorotan publik yang begitu tajam. Lebih mengemuka di berbagai tulisannya. Kisah Nabi Khidir & Musa bermakna setelah tahu kisah akhirnya yang diakui Nabi Musa. Jadi intinya harus ada yang menulis kesimpulan di akhir episode. Seperti tulisan Irfan Hamka.


Kadang pola pikir Abu Jahal itu diperlukan untuk membuka tabir. Seperti usulan penghapusan 300 ayat yang diusulkan Pendeta Saifudin Ibrahim, yang membuka ladang bagi para laskar muda untuk jadi "Youtuber" handal. Video sangkalan dan meme lucu lebih menggairahkan dan diserbu netizen. Suntingan video lebih populer  dan laku keras dari pada video aslinya yang lengkap dan panjang.

Cobalah kita buka di chanel youtube bantahan terhadap channel Paul Zhang dan Saefuddin Ibrahim tampak lebih semarak dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Video dari manajemen Ustad Zhuma, Yonatan Nandar, dan Ustad Cristoper  Kainama lebih menjanjikan untuk menuai berkah. Perang argumen yang dakhsyat itu hanya di youtube. Sesungguhnya mereka itu bersahabat di jalan akhirat menurut keyakinan masing-masing.

Judul baru yang bombaptis diantaranya "pelelangan tempat ibadah" hingga berita hoax baptis masal satu kampung. Ternyata babtis itu benar adanya namun hanya berupa babtis ulang bukan pemurtadan. Sehingga channel bantahan dan tanggapannya lebih meledak penggemarnya. Ini adalah model baru cara berdakwah. Saling sindir, saling buka dan akhirnya kisah rekayasa Air Zamzam dan isi Kabah mempermalukan penebar "hoax". Jadi kunci  keberhasilannya adalah kejujuran.

Perkelahian  diantara para debater hanya seru di youtube. Hilangnya Channel Pendeta debater Rudi yang kena sanksi dari youtube, pemulihannya di bantu oleh Channel Mualaf mengapa? Umat Islam yang menggali rupiah dari youtube sangat takut kehilangan lawan debatnya. Dakwah Islam akan terbantu dengan kehadiran mereka. Sungguh indahnya perbedaan itu disinilah letaknya.

Pemilik Channel muslim terbukti begitu gigih membantu pemulihan chanel Kristen rekan debat di Zoom menjadi topik menarik juga. Karena pemilik channel muslim  itu sangat ketergantungan. Pundi-pundi rupiah dari youtube itu lahir karena ada lawan diskusi. Umat Islam dewasa ini, banyak yang sesungguhnya berterima kasih pada Abu Jahal. Begitu juga kepada pembuat kartun Nabi Muhammad yang meninggal mengenaskan. Bahkan minggu ini dunia maya heboh  ada "sang debater meninggal mendadak saat sedang menghujat Rosulullah". Saefuddin Ibrahim sang murtadin begitu sibuk membela kematiannya. Ini adalah ladang yang sedang di garap  oleh sebagian masyarakat kita.

Kalau dahulu ada Abu Lahab dan Abu Jahal. Kini di Indonesia ada tokoh medsos bernama Abu Janda yang jadi sasaran tembak. Dan para Buzer lainnya selain deni Siregar dan Ade Armando. Bagi para youtuber muda yang selalu membuntuti mereka, memiliki dua motivasi. Terlepas  dari keyakinan religinya apa. Sebab ada khikmah di balik itu. Maka tak elok jika ada kekerasan pisik saat berada di arena kasat mata. Sebaiknya mereka duduk makan bakso bersama. Dan menentukan topik bahasan baru di medsos. Apa dua motivasi itu?

Motivasi pertama bagi channel remaja (pembantah) sang debater itu, lebih cenderung kepada "nilai ibadah" yang memiliki kebanggaan karena selalu viral. Berkat topik yang diangkat.
Motivasi kedua demi pundi-pundi rupiah. Semakin viral suatu konten, semakin tebal isi dompet mereka. Mungkin pada saatnya akan lahir tempat ibadah dari hasil konten youtube. Tempat kajian kitab suci, akan jadi pusat informasi penting bagi orang yang ingin meningkatkan bobot nilai channel youtube miliknya. Sebab isi konten harus ada bobot isi sesuai kitab suci. Jika ingin langgeng dan menuai banyak dukungan. Jika ngawur berdampak pada  lahirnya anti pati bahkan gulung tikar.

Remaja yang berdakwah dijalur youtube ada di berbagai kalangan dan tingkatan. Punya pasar yang berbeda-beda. Pemilik Channel youtube punya segmen pasarnya masing-masing yang tidak  akan ada habisnya. Semakin hari semakin meningkat. Lahirlah bintang-bintang youtube sesuai jaman. Tampaknya ada gejala  akan lahirnya Buya Ahmad Syafii Maarif dimasa yang akan datang. Bahkan terlahir dalam jumlah yang tak terhingga. Wallohualam (DN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun