Mohon tunggu...
Noor Azizah
Noor Azizah Mohon Tunggu... pelajar -

email baru avantidm@gmail.com. terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Thomas

8 Maret 2018   19:32 Diperbarui: 8 Maret 2018   19:46 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap theme song Thomas terdengar, aku langsung berlari, lantas duduk di depan layar kaca, terpaku mengikuti kisah petualangan sang kereta api di Pulau Sodor. Semua perlengkapan yang kumiliki, bernuansa Thomas. Tas beroda, tempat minum, tempat makan, selimut, sprei, piring dan gelas, mug, tempat pensil. Thomas bertebaran. Belum lagi mainan, jangan ditanya aneka rupa. 

Tapi yang jadi favoritku adalah boneka Thomas, yang tiap tidur selalu dalam dekapku. Rupanya adik kecilku juga menyukai Thomasku. Dia akan merengek, menjerit meminta Thomasku, tiap kupeluk dia. Lantas kami saling berebut. Aku adalah pemilik sah Thomas, namun kalah dengan kuasa mama. Mama berkali memintaku merelakan Thomas untuk adik. 

Mama sudah mencari seantero kota kami, bahkan menjelajah toko online, untuk membelikan adik, boneka Thomas yang serupa. Tapi tak berhasil, bahkan toko tempat awal kami membeli Thomas juga tak bisa menyediakan. Kami jadi saling mengintai dalam memperebutkan Thomas. Seringkali berakhir dengan derai airmata, jerit lengking dan hentakan kemarahan adik, diringi gopohan kehadiran mama di tengah peperangan, dan aku tertunduk lesu. Pemenang yang kalah. 

Adik dengan senyum bahagia memeluk erat Thomasku. Aku sakit hati melihatnya. Mama memilih senyuman adik dibanding sakit hatiku. Kenapa adik harus jatuh cinta pada Thomasku. Aku toh tak menginginkan bantal beruangnya. 

Bertahun setelahnya, kupahami, bahwa adik bukan menginginkan Thomasku, tetapi dia ingin aku menemaninya bermain. Aku selalu meninggalkan dia bermain sendirian, dan sibuk dengan temanku. Tiap dia ingin ikut bermain denganku. kusergah dia dengan kata-kata,"Ah, kamu masih kecil, dirumah saja."

Sekarang, kami bisa seru bermain uno, sambil bergulingan dan bercanda dalam ceria kehangatan keluarga. Sesekali kubuka box tempat Thomas berada. Kuelus dan kupeluk erat. Thomas, kembali padaku, meski pernah lepas dari pelukku. 

https://youtu.be/7fRIObDJZaw

Jogja, 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun