Mohon tunggu...
Dr PrantiSayekti
Dr PrantiSayekti Mohon Tunggu... Dosen Universitas Negeri Malang

Saya adalah dosen dari Departemen Seni dan Desain pada Program Studi Desain Komunikasi Visual. Saya menyukai keilmuan terkait Desain Komunikasi Visual serta ilmu-ilmu sosial humaniora lainnya yang dalam implementasinya saya ekspresikan pada tulisan-tulisa/karya ilmiah terkait keilmuan tersebut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melek HOTS di Kelas Seni Budaya: dari Hafalan Menuju Analisis, Evaluasi dan Kreasi

5 September 2025   18:52 Diperbarui: 5 September 2025   19:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tantangan Guru Seni Budaya

Meski potensial, implementasi HOTS di kelas Seni Budaya tidak selalu mudah. Tantangan yang muncul antara lain:

  • Dominasi hafalan dan keterampilan teknis. Guru masih sering menilai sebatas "bisa menari" atau "bisa menggambar", bukan kemampuan analisis dan refleksi murid.
  • Keterbatasan waktu. Pelajaran Seni Budaya sering mendapat alokasi jam terbatas, sehingga ruang untuk diskusi kritis dan proyek kolaboratif menjadi sempit.
  • Kurangnya sumber belajar. Buku ajar jarang menyediakan contoh soal HOTS kontekstual dalam ranah seni.

Penelitian menunjukkan, guru yang mendapatkan pelatihan penyusunan soal berbasis HOTS mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuat siswa lebih terlibat aktif (Purwanto & Nugroho, 2021).

Strategi Konkret Penerapan HOTS dalam Seni Budaya

Agar HOTS tidak sekadar jargon, guru Seni Budaya dapat mencoba strategi berikut:

  1. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).
    Misalnya, siswa diminta membuat pameran mini yang memadukan seni rupa dan narasi sejarah lokal.
  2. Penggunaan stimulus kontekstual.
    Guru bisa memanfaatkan karya seni kontemporer, artikel budaya, atau video digital sebagai bahan diskusi analitis.
  3. Refleksi setelah berkarya.
    Alih-alih hanya menilai hasil akhir, siswa diajak menjawab: Mengapa memilih warna itu? Apa pesan dari koreografi ini?
  4. Apresiasi dan kritik karya.
    Diskusi kelas untuk mengapresiasi karya teman bukan sekadar memberi komentar "bagus" atau "jelek", tetapi menganalisis, mengevaluasi, dan memberi saran berbasis argumen.

Dengan pendekatan ini, kelas Seni Budaya berubah menjadi ruang interaktif yang mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, sekaligus menghargai keberagaman.

HOTS, Seni Budaya, dan Karakter Bangsa

Lebih jauh, penerapan HOTS dalam Seni Budaya juga berkontribusi pada pembangunan karakter bangsa. Melalui analisis, evaluasi, dan kreasi karya seni, siswa belajar empati, toleransi, serta kebanggaan pada budaya lokal di tengah arus globalisasi (Nugraha, 2020).

Hal ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 4) yang menekankan pentingnya pendidikan berkualitas dan inklusif. Guru yang "melek HOTS" berarti juga mendukung visi pendidikan nasional yang berorientasi pada pembentukan generasi kritis, kreatif, dan berdaya saing global.

Refleksi Akhir

Guru zaman now tidak bisa lagi hanya menjadi penyampai materi, melainkan fasilitator yang membimbing murid menuju pemikiran kritis dan inovatif. Seni Budaya adalah pintu masuk yang indah: melalui tarian, musik, rupa, dan teater, murid belajar menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun