Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Apa Saja Gejala Alarm dari Tubuh, Sebelum Terjadinya Serangan Jantung?

5 September 2017   12:02 Diperbarui: 15 Juni 2021   08:18 17567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi serangan jantung ketika olahraga. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

A.  Pendahuluan

Para pakar kedokteran percaya bahwa dengan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dan lemak jenuh yang tinggi ditambah dengan kurangnya seseorang bergerak atau jarang berolahraga, maka jumlah penderita penyakit jantung koroner (PJK) akan bertambah dengan pesat. 

Di Indonesia prevalensi (persentase jumlah kasus dibagi jumlah penduduk setiap tahun) dari penyakit-penyakit metabolik degeneratif seperti: tingginya kadar kolesterol dan trigliserida, diabetes melitus, hipertensi, yang sering mengakibatkan penyakit jantung koroner, juga terus naik. 

Pola makan yang westernized, sangat digemari oleh masyarakat kota-kota besar di Indonesia. Maraknya iklan melalui media masa elektronik, cetak, media sosial dan berbagai aplikas telepon genggam, berisi iklan makanan cepat saji, memompa pola hidup yang semakin bergantung pada makanan-makanan tersebut. 

Tuntutan gaya hidup kota besar, yang menginginkan konsumsi makanan yang serba cepat, praktis, one-stop dan enak, plus kebiasaan kongkow-kongkow para pekerja dan anak-anak muda di cafe atau mini-market, membuat pola hidup kita semakin menjauhi akar budaya bangsa. 

Pola konsumsi yang semakin mendekati pola di negara-negara Barat ini, perlahan tapi pasti membuat pola penyakit kita semakin menyerupai pola penyakit mereka. Kalau dulu yang terbanyak ialah penyakit infeksi / menular maka sekarang yang terbanyak adalah penyakit tidak menular / degeneratif    

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, didapatkan prevalensi penderita yang mengalami PJK sebesar 0,5 % (883.447 kasus), sedangkan data dari diagnosis dokter didapatkan prevalensi sebesar 1,5 % (2.650.340 kasus). Serangan jantung (infark miokard akut) adalah pembunuh nomor satu di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2010, yaitu sebesar 7,21 % dari seluruh kasus kematian karena penyakit. 

Infark Miokard berarti kerusakan satu atau beberapa segmen otot jantung, yang disebabkan oleh terhambatnya pasokan darah. Kerusakan segmen otot jantung ini bersifat permanen (kematian ditingkat sel) dan tidak bisa digantikan lagi oleh sel-sel otot jantung yang baru. Hal ini terjadi karena sumbatan pada arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung oleh bekuan darah dan lemak (Thrombus and Cholesterol Plaque).

Gejala-gejala "klasik" (khas) dari PJK ialah nyeri dada, seperti yang sudah saya sampaikan pada tulisan di Kompasiana yang berjudul: 'Cara Melakukan Pertolongan Awal Pada Penyakit Jantung Koroner dan Kadar Kolesterol Tinggi

B.  Beberapa Hasil Penelitian Yang Mengejutkan

Pada PJK didapatkan beberapa hasil penelitian terkhir yang mengejutkan, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun