Lalu, efek lanjut Flick adalah memberikan waktu jam bermain kepada setiap pemain. Ansu Fati yang sudah makin diragukan dan bahkan didorong keluar dari Barca tetap didukung.Â
Pemain asal Spanyol beberapa kali dimainkan walaupun performanya tak begitu sensasional sebagaimana Fati diorbitkan ke skuad utama Barca.
Flick menjadi salah satu faktor yang memberikan efek penting pada permainan dan kesuksesan Barca pada musim ini. Mantan pelatih Bayern Muenchen dan Timnas Jerman itu tak secara total meninggalkan filosofi Tika-taka ala Barca. Akan tetapi, Flick menambah bumbu kerja keras dan mental pantang menyerah hingga peluit akhir bertiup.
Â
Sensasi Lamine Yamal
Yamal menjadi sensasi dari performa Barca pada musim ini. Pemain yang berposisi sebagai pemain sayap kanan menjadi salah satu kepingan dari kesuksesan Barca.
Tak sedikit yang membandingkan Yamal dengan Lionel Messi. Perbandingan itu tak berlebihan lantaran pemain berusia 17 tahun itu menghadirkan performa yang kerap menguntungkan permainan Barca sekaligus merumitkan lini belakang lawan.
Pergerakannya yang lebih mirip Neymar Jr dan umpan-umpan terukurnya yang beberapa di antaranya mirip versi Messi membuat Yamal menjadi buah bibir. Pemain berusia 17 tahun itu mengoleksi trofi kedua La Liga Spanyol, jumlah yang sama dengan Cristiano Ranoldo.
Hanya saja, trofi pertama di era kepelatihan Xavi Hernandez terjadi sewaktu Yamal datang sebagai pemain baru. Perannya belum terlalu menonjol sebagaimana pada musim ini.
Terang saja, sensasi Ymal kian mengkilap apabila menilik trofi yang telah diraihnya musim ini. Selain meraih tiga trofi bersama Barca, Yamal juga ikut membantu Spanyol mendapatkan trofi Piala Eropa 2024.
Yamal menjelma sebagai pemain yang menarik perhatian banyak pihak musim ini. Dididik dari akademi Barca, La Masia, Yamal tak membutuhkan waktu untuk beradaptasi karena sudah mengenal sistem permainan klub dengan baik dan juga mengenal pemain di dalam tim.