Walau demikian, situasi Chelsea setelah menelan kekalahan dari West Ham menjadi pekerjaan besar Pochettino. Sewaktu melatih Paris Saint Germain (PSG), Pochettino mempunyai skuad yang cukup mahal. Namun, skuadnya itu gagal bersinar di Eropa. Akibat lanjutnya, Pochettino dipecat oleh pihak klub PSG.
Di Chelsea, Pochettino juga mempunyai skuad yang tak kalah mahal. Bedanya, skuadnya tak sepopuler seperti yang dipunyai Pochettino sewaktu melatih PSG.
Di PSG, Pochettino harus berhadapan dengan pemain populer seperti Kylian Mbappe, Neymar dan Lionel Messi. Ketiga pemain itu mempunyai popularitas dan pengaruh yang kuat di klub.Â
Bahkan, Pochettino sendiri mengakui kesulitan untuk mengatur tim sarat bintang seperti PSG. Situasi agak ringan di Chelsea lantaran popularitas para pemain di Chelsea tak sementereng yang ada saat Pochettino masih melatih PSG.
Tantangan Pochettino adalah karakter pemilik klub, Todd Boehly. Tak berbeda dengan pemilik sebelumnya, Roman Abramovich yang kerap tak sabar dalam urusan pemecatan pelatih, Boehly juga terbilang doyan pecat pelatih. Terbukti, musim lalu, Todd Boehly mempekerjakan tiga pelatih dan ketiganya berakhir dengan kata pemecatan.
Makanya, Pochettino perlu mempunyai kontrol yang kuat untuk skuadnya. Kontrol itu berupa pengaturan formasi yang tepat dan sekaligus penempatan pemain seturut kualitas dan karakter mereka masing-masing.
Pada situasi ini, Chelsea dan secara khusus Pochettino perlu belajar dari Brighton. Brighton terbilang sebagai tim yang paling produktif dari dua laga perdana di Liga Inggris.
Tak tanggung-tanggung, dari dua laga pertama, Brighton sudah mencatatkan 8 gol. Laga perdana, Brighton menang kontra Luton Town 4-1 dan akhir pekan ini, Brighton menghantam Wolves dengan skor 4-1.
Lantas apa yang perlu dipelajari Chelsea dari Brighton?
Semenjak kepelatihan Graham Potter dan kemudian di bawah kendali pelatih Roberto De Zerbi, Brighton mempunyai karakter sebagai tim yang menekankan dominasi dalam kontrol bola, berani menyerang, dan saat bersamaan menekan lawan dengan permainan cepat.
De Zerbi menginginkan para pemainnya saat mengontrol atau menguasai bola mereka harus segera mencari peluang untuk melakukan serangan ke pihak lawan. Juga, pelatih asal Italia tersebut menginginkan para pemainnya berani mengeluarkan performa terbaik saat menghadapi satu lawan satu dengan pemain lawan.Â