Hal itu bukannya menyelesaikan masalah, namun menciptakan masalah lebih panjang dan menjadi bahan gosip masyarakat.Â
Masih kisah dari teman-teman yang sama. Tentang kecemburuan yang mulai muncul di tengah masyarakat tentang proporsi pembagian sembako.Â
Terlihat prioritas bansos lebih diperuntukan pada rumah-rumah yang mengalami kerusakan berat. Kebetulan di desa saya tinggal, ada 9 rumah yang mengalami kerusakan.Â
Bantuan untuk ke-9 penghuni rumah ini lebih banyak dari yang lain. Bahkan ada kalanya mereka mendapat bantuan, sementara tetangga yang tak mengalami kerusakan tak mendapat sama sekali.Â
Situasi ini pun mulai menghadirkan kecemburuan di antara masyarakat ketika mereka melihat barang-barang yang diterima oleh keluarga-keluarga itu. Mereka mendapat keistimewaan-keistimewaan tertentu.Â
Situasi-situasi seperti ini sulit dihindari dalam situasi bencana, terlebih khusus dalam upaya penyaluran bansos kepada korban.Â
Untuk itu, sangat penting pembagian bantuan sosial secara mereta tanpa menyia-nyiakan bantuan itu dengan cara ditimbun, disembunyikan, apalagi dikubur seperti yang telah terjadi.Â
Makanya, insiden penguburan sembako menjadi preseden yang sangat buruk.Â
Hal ini juga menjadi catatan yang cukup serius untuk setiap pihak yang berkepentingan pada bagaimana mengatur bantuan sosial agar bisa dibagikan pada waktu yang terencana dengan baik.Â
Ya, gegera bansos masyarakat bisa bertengkar. Hubungan bisa rusak.Â
Makanya, sangat disayangkan barang yang sangat berharga untuk mereka yang berkekurangan dikubur begitu saja.Â