Ibu Mary (bukan nama sebenarnya) lebih dari seminggu menderita sakit. Awalnya sakit pilek ringan.Â
Namun, lama kelamaan badannya menjadi lemah. Bahkan kepalanya sering pusing.
Setelah ditelusuri, ternyata kondisi Ibu Mary tak hanya dipengaruhi oleh sakit pilek. Jauh di dalam hatinya dia memikirkan anak sulungnya yang akan pergi merantau ke Surabaya untuk berkuliah.
Anak sulungnya baru tamat SMA di salah satu kota di Flores. Seperti pikiran orang Flores umumnya berkuliah di Jawa masih menjadi pilihan. Terlebih lagi, jurusan yang dipilih oleh anak sulungnya ini belum tersedia di Flores.
Situasi ini ternyata membuat si ibu merasa terbebankan. Rasanya tak tega membiarkan anak sulungnya merantau dan belajar di tanah orang.Â
Belum lagi, pikirannya tentang bagaimana anak sulungnya itu akan beradaptasi di lingkungan baru.Â
Ya, selama di rumah anak sulungnya begitu diperhatikan. Ke mana saja anak sulungnya pergi dia selalu diantar oleh Ibu Mary. Soal makan juga diatur dan dikontrol.Â
Ketika mencari kost di Surabaya, Ibu Mary meminta suaminya yang kebetulan menemani anak sulungnya untuk mencari tempat yang bisa memberikan kenyamanan termasuk soal makan. Bahkan Ibu Mary meminta suaminya untuk menemani anak sulungnya hingga anak sulungnya merasa nyaman.Â
Perhatian seperti ini tak salah. Akan tetapi, hal ini secara tak langsung bisa mempengaruhi perasaan anak yang barangkali menggebu-gebu untuk merasakan situasi baru.Â