Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maria Ressa, Orang Filipina Pertama yang Raih Nobel Perdamaian dan Simbol Kebebasan Berpendapat

8 Oktober 2021   18:22 Diperbarui: 8 Oktober 2021   18:32 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maria Ressa, orang pertama Filipina yang meraih nobel perdamaian. Foto: AFP/Noel Celis via Kompas.com

Beberapa hari terakhir ini, di negara Filipina disibukan dengan pendaftaran calon peserta pemilu 2022, mulai dari DPRD, bupati/walikota, gubernur, DPR pusat, senator hingga presiden. Penutupan pendaftarannya berakhir hari ini (8/10).

Untuk level pilpres, beberapa figur publik sudah mendaftarkan diri. Beberapa nama di antaranya adalah wakil presiden saat ini, Lenny Robredo, putra dari Ferdinand Marcos yang dipanggil dengan Bombong Marcos, hingga mantan petinju terkenal Manny Pacquio.

Sebagaimana di Indonesia, pilpres juga menaikan tensi iklim politik di Filipina. Tiap orang memiliki jagoannya masing-masing. Tak heran, wajah media sosial berubah seturut dengan preferensi di pilpres 2022 mendatang.

Di balik euforia menjelang pemilihan umum, salah satu kabar menggembirakan menghampiri tanah Filipina. Maria Ressa dinobatkan sebagai peraih nobel perdamaian.

Maria Ressa menjadi orang Filipina pertama meraih nobel perdamaian. Tentu saja, ini merupakan kebanggaan sekaligus inspirasi bagi banyak rakyat Filipina.  

Melansir berita dari beberapa media, Ressa dinobatkan sebagai peraih nobel perdamaian bersama dengan Dmitry Muratov dari Rusia. Mereka dinobatkan peraih nobel perdamaian tahun ini berkat usaha-usaha mereka dalam menjaga kebebasan berekspresi.

Untuk konteks Filipina, Ressa terbilang sebagai jurnalis yang vokal membicarakan tentang kebenaran dan nilai-nilai demokrasi di Filipina. Ressa yang merupakan pendiri dari website Rappler sempat bersetegang dengan pemerintah saat ini, di bawah komando Presiden Duterte.

Pemerintahan Presiden Duterte dikenal getol dalam melancarkan kampanye pemberantasan pada pengedaran narkoba. Kampanye ini menyebabkan banyak nyawa melayang.

Bertolak dari situasi ini, Ressa pun melakukan investagasi atas kampanye dari pemerintah ini. Ressa menilai bahwa ada "abuse of power" di balik kampanye yang dilancarkan ini.  

Ressa memanfaatkan tugasnya sebagai jurnalis untuk mengungkapkan kebebasan berpendapat dalam mengevaluasi kampanye yang dilancarkan oleh administrasi di bawah pemerintahan Duterte. Namun, upayanya ini juga mendapat tantangan serius dari pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun