Hal yang sama bisa terjadi dalam relasi suami-istri. Misalnya, pasangan suami istri berdebat.Â
Mereka berdebat di depan anak-anak. Perdebatan itu menghadirkan ketegangan di antara keduanya.Â
Saat itu terjadi, kontrol diri dalam menggunakan kata-kata. Kata-kata kotor dan kasar tak boleh keluar dari mulut di antara kedua belah pihak. Â Tetap tenang dan sadar bahwa di antara mereka ada anak.Â
Pasalnya, anak bukan saja merekam apa yang tersampaikan, tetapi bisa mengulang kata-kata yang sama ketika dia bercecok mulut dengan orang lain.Â
Agar anak tak terpengaruh dari perdebatan yang terjadi, orangtua perlu mengontrol diri dalam berucap. Kata-kata yang berbau kotor dan kasar tak boleh terdengar oleh telinga anak.
Kedua, Tidak boleh merendahkan salah satu pasangan
Tak jauh berbeda dengan menghindari kata-kata kasar, dalam berdebat kita tak boleh menyerang secara pribadi.Â
Lebih baik berdebat tentang ide atau pandangan, dan berupaya menjauhi pikiran negatif terhadap pribadi dari lawan debat. Â
Pastinya, pasangan sudah saling mengenal satu sama lain, termasuk kelemahan di antara mereka. Kelemahan itu tidak boleh dijadikan alat untuk saling menghina dan merendahkan.
Pernah saya mendengar perdebatan sepasang suami dan istri. Karena salah satu pasangan merasa diri terpojok, dia pun mengeluarkan kata-kata menghina dengan menyebut latar belakang pendidikan dari pasangannya itu. Â