Dua laga yang menjadi perhatian saya dari laga-laga perdana kompetesi Liga Champions musim 2021/22 adalah laga antara Bayern Muenchen kontra Barcelona dan laga antara Manchester United kontra Young Boys.
Laga antara Muenchen vs Barcelona pasti mengundang banyak penonton. Mimpi buruk di musim 2019/20 masih membekas di ingatan Barca. Kala itu, Barca dilumat habis Barca dengan skor 8-2 pada babak perempat final di Lisbon, Portugal.
Tak ayal, laga di Camp Nou seyogianya menjadi momen untuk memperbaiki reputasi dan menutup luka yang barangkali belum lenyap dari hati Blaugrana. Alih-alih mau tampil superior di atas Bayern, malahan Barca yang ditikam dengan 3 gol tanpa balas.
Luka batin di 2 tahun lalu dari kekalahan kontra Bayern bukannya sembuh. Malah, 3 gol Bayern seperti menabur garam pada luka lama tersebut. Semakin pedih.
Sebenarnya, kekalahan ini bisa diprediksi. Bayern datang dengan kepercayaan tinggi. Kendati Bayern kurang tampil meyakinkan di laga pramusim, Bayern kemudian memperbaiki keadaan selama turnamen Bundes Liga.
Sebaliknya, Barca sementara timpang. Selain kepergian Lionel Messi dan Griezmann, Barca belum menemukan formula yang tepat.
Koeman masih terlihat masih mengutak-atik skuadnya. Tak heran, di babak ke-2 Koeman coba memperkenalkan darah muda, namun niat baik itu tidak dibarengi dengan hasil. 1 gol tambahan malah bersarang ke gawang dari Ter Stegen.
Pendeknya, Barca masih dalam proses transisi. Komposisi skuad masih belum solid. Para pemain baru dan berdarah muda masih perlu belajar dengan kehidupan di Camp Nou.
Terlepas dari ketimpangan Barca, yang paling ditekankan dari laga ini adalah mentalitas yang dimiliki oleh Bayern. Tak ayal, kemenangan Bayern kontra Barca menguatkan reputasi mereka sebagai salah satu calon juara dari turnamen paling bergensi di Eropa ini.
Bayern bukanlah tim yang royal dalam belanja pemain. Mereka lebih memilih mencari talenta dalam negeri, di Bundesliga dan kemudian dipadukan dengan para pemain lama. Regenerasi pun berjalan dengan baik.