Make America Great Again! Demikian slogan yang menjadi branding kampanye Donald Trump sewaktu kampanye pemilu presiden 2016.
Barangkali slogan yang sama ini bisa diutarakan kepada klub asal Liga Italia. AC Milan. Make AC Milan Great again!
Sejauh ini, AC Milan berada di posisi ke 4 dan sementara berjuang untuk merebut tiket ke Liga Champions pada musim depan. Peluang terbuka. Pasalnya, antara Milan dan tim berposisi 2 dan 3 mempunyai poin yang sama. 69 poin.
Tinggal 4 pertandingan tersisa. Kalau AC Milan tidak waspada, bisa jadi kesempatan bermain di Liga Champions pada musim depan pun melayang. Â
AC Milan terbilang klub besar dari liga Italia. Terutama di tahun 90-an.Â
Reputasi AC Milan menggema tak hanya di Serie A, tetapi juga Eropa. Di daratan Eropa, AC Milan termasuk klub asal Italia yang mempunyai tradisi kuat dan mental tangguh di Liga Champions.
Akan tetapi, kejayaan itu seolah tinggal kenangan. Masa lalu diharapkan berbalik lagi ke AC Milan. Terakhir kali AC Milan meraih Scudetto adalah 10 tahun lalu.
Musim ini, AC Milan coba bangkit dari tidur panjang. Mengawali musim ini dengan 15 kemenangan beruntun yang berujung pada tempatnya di puncak klasemen Liga Italia.
Pencapaian AC Milan itu perlahan luntur. Ketidakkonsisten akibat pelbagai faktor seperti faktor cedera menghampiri AC Milan. Peluang raih Scudetto tak tercapai. Malah rival sekota, Inter Milan yang berhasil keluar sebagai juara musim ini.
Pencapaian Inter Milan bisa menjadi pelajaran berharga bagi AC Milan. Kalau AC Milan mau menjadi klub besar seperti masa-masa lalu, AC Milan sekiranya bisa belajar dua hal ini dari pencapaian Inter Milan pada musim ini.
Pertama, Pembelian Pemain
Salah satu faktor yang membuat Inter Milan berjaya di dua musim terakhir adalah keberanian klub ini membeli pemain. R. Lukaku dari Manchester United, Hakimi dari Real Madrid hingga Cristian Erikssen dari Tottenham adalah beberapa nama yang masuk skuad Inter Milan.
Para pemain asing ini dipadukan dengan membeli talenta-talenta asal Italia seperti Nicolo Barella dan Stefano Sensi. Jadinya, cita rasa Italia di Inter Milan tetap terasa.
Pola pembelian ini seolah mengimbangi apa yang dibuat oleh Juventus. Tanpa itu, kekuatan Inter Milan barangkali masih sulit mengimbangi pasukan Nyonya Tua.
Musim pertama Conte berlangsung mulus. Para pemain yang didatangkan memberikan asa yang cukup besar bahwa Inter Milan bisa menjadi klub yang bisa mematahkan dominasi Juventus. Alhasil, di musim ke-2 Conte berhasil membawa Inter menjadi juara Liga Italia saat musim kompetesi masih terisisa 4 laga.
Sementara itu, AC Milan belum menemukan formula yang tepat dalam merekrut para pemain. Bahkan AC Milan masih berharap dengan pemain senior seperti Zlatan Ibrahimovic dan Mario Mandzukic. Tanpa mengesampingkan kemampuan dari kedua pemain gaek ini, namun faktor usia tak bisa dihindari. Ditambah lagi cedera yang melingkupi kedua pemain ini.
Sebagai akibat, Ibra yang sempat tampil konsisten harus berhadapan dengan cedera dan itu memengaruhi penampilannya. Begitu pula Mandzudkic yang didatangkan pada pertengahan musim ini. Akibat cedera dari para pemain depan ini, Piolo mengandalkan Rafael Leao dan Ante Rebic sebagai striker, Â namun itu tidak memenuhi ekpestasi. Â
Persoalan paling serius saat AC Milan tidak mempunyai pemain pelapis yang mumpuni. Belajar dari Inter Milan, AC Milan sekiranya berpikir untuk merekrut striker yang secara umur berada pada fase produktif dan mempunyai stamina yang kuat. Kalau perlu, AC Milan memburu striker jadi yang sudah tampil gemilang bersama klub-klub besar.
Juga, AC Milan perlu dilengkapi oleh para pemain pelapis yang berkualitas. Inter berani menerima Arturo Vidal dari Barcelona sebagai cara Conte untuk melapis skuad yang telah ada.
Kedua, Pertahankan Stefano Pioli dan Beri Kebebasan Seperti Antonio Conte di Inter Milan
Piolo memulai debut yang cukup gemilang. Rencana awal hanya kontrak sementara. Namun, seturut perkembangan performa AC Milan, Pioli pun menjadi pilihan tetap.
Pioli memberikan kontribusi positif untuk AC Milan. Paling tidak, asa untuk bermain di Liga Champions terbuka lebar.
Hanya saja, pihak klub juga perlu mendukung Pioli. Dukungan itu nampak lewat pemberian kebebasan kepada Pioli dalam menentukan para pemain dan membangun tim. Tim terbangun dengan baik ketika pelatih diberi kebebasan, termasuk diberi ruang untuk membeli pemain yang sesuai dengan strategi.
Antonio Conte berhasil mengubah Inter Milan karena dia diberi kebebasan untuk mendatangkan para pemain yang sesuai dengan strateginya. Kebebasan itu menunjukkan dukungan klub. Ketika dua hal ini berjalan selaras, tim juga bisa tumbuh dan berkembangan dengan baik.
Conte mendapat ruang yang leluasa di Inter. Kendati berlatar belakang kuat dengan Juve, Conte tetap mendapat dukungan penuh dari Inter.
Dua hal ini sekiranya menjadi pelajaran penting bagi AC Milan. Tentu saja, suporter AC Milan ingin menjadi klub besar sebagaimana di tahun-tahun lalu. Akan tetapi, niat ini mesti dibarengi dengan langkah klub yang sesuai dengan kebutuhan kompetesi. Â