Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Saat Gelar Pendidikan Anak Baru Lebih Tinggi daripada Pimpinan di Tempat Kerja

14 April 2021   21:24 Diperbarui: 6 Mei 2021   16:25 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah dari adik saya yang berprofesi sebagai dokter hewan yang mana setelah selesai kuliah, ia mememutuskan untuk pulang ke kampung halaman.

Tidak gampang untuk mencari pekerjaan dengan profesi sebagai dokter hewan di kampung. Tempat bekerja sangat minim. 

Setelah vakum hampir setahun, adik saya pun bekerja di sebuah peternakan ayam. Laiknya tugas dokter hewan, dia bertugas untuk mengatur urusan kesehatan ayam di peternakan itu.

Kendati demikian, dia harus tunduk kepada seorang pimpinan dari peternakan ayam itu. Pimpinan peternakan itu sudah menjadi orang kepercayaan dari pemilik peternakan. Bisa dikatakan, faktor kepercayaan dan masa kerja, dia menjadi pemimpin dari peternakan itu.

Tingkat pendidikannya hanya sampai bangku SMA. Tidak mengenyam pendidikan formil di bidang peternakan. Praktisnya, soal peternakan diketahui lewat pengalaman sekian tahun bersama pemilik peternakan. Faktor pengalaman itu, dia pun dipercayakan untuk mengerjakan peternakan ayam di kabupaten kami.  

Adik saya harus taat pada pimpinan peternakan ini, mulai dari jam kerja hingga soal waktu kapan memberi dan mengatur dosis obat kepada ayam. Walau dia mempunyai pengetahuan dari bangku kuliah, suka atau tidak dia harus tunduk pada komando dari pemimpin.

Memang, tidak gampang untuk taat apabila ditakar dari soal pendidikan. Menurut adik saya, kadang kala, pengetahuan dari bangku kuliah berseberangan dengan apa yang diperintahkan. Belum lagi, soal ego di antara kedua belah pihak. Ego merasa diri antara status pendidikan dan status sebagai pemimpin.  

Sebagai pemimpin, otoritas untuk mengatur tak bisa terhindarkan. Namun, otoritas ini juga berbenturan dari sudut pendidikan di antara kedua belah pihak.

Jadinya, menurut adik saya, perbedaan pendapat dan pandangan kerap kali terjadi. Apa yang diperoleh di bangku kuliah kadang tidak sesuai dengan instruksi dari pemimpin. Perbedaan pendapat pun tak terhindarkan. Bagaimana pun, pemimpin akan selalu menang. Puncaknya, adik saya memilih untuk mengajukan pengunduran diri.

Sumber foto: Pexels.com
Sumber foto: Pexels.com
Dari contoh ini, saya tidak melihat siapa yang salah dan benar. Saya hanya menilai situasi di dunia kerja antara pegawai baru dengan idelisme baru berhadapan dengan realitas kerja.

Barangkali di dunia kerja, kadang kita berjumpa dengan situasi seperti itu. Mungkin kita yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi harus siap dipimpin oleh yang tidak mengenyam pendidikan tinggi sama sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun