Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jual Gedung DPR di Situs Online, Guyonan yang Kritis?

7 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 7 Oktober 2020   20:57 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Screenshot Shopee via Kompas.com

Kalau kita memasuki media sosial, kita menemukan pelbagai warna guyonan. Guyonan itu mulai dari ruang umum hingga ruang privat. Pada umumnya, semuanya itu dibuat untuk mencari sensasi dan memberikan hiburan.

Akan tetapi, pada sisi lain guyonan juga perlu mempertimbangkan obyek dan isinya. Tidak sekedar dipajang untuk mencari sensasi semata. Paling tidak, setiap dampak dari guyonan yang dibuat perlu dipertimbangkan secara seksama matang. 

Tujuannya, agar tidak ada orang yang tersakiti dan tersinggung. Juga, guyonan itu juga tidak merugikan pembuatnya. Sebaliknya, itu malah memberikan poin positif, termasuk catatan kritis bagi masyarakat. 

Salah satunya tentang guyonan menjual gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di salah satu situs jual beli online. Pada tempat pertama, guyonan ini tidak terlalu lucu. Malahan, terlihat miris.

Bagaimana bisa sebuah gedung milik negara dan sekaligus kebanggaan bangsa diperlakukan seperti itu. Bagaimana pun, gedung DPR merupakan simbol dan representasi dari kehidupan demokrasi, walaupun pada faktanya kita berhadapan dengan situasi yang tidak diinginkan.

Misalnya, anggota DPR yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Atau juga, anggota DPR tidak bekerja seturut aspirasi rakyat. Pada situasi seperti ini, mereka yang perlu disoroti.  

Atas peristiwa ini, beberapa pihak melihat hal ini sebagai guyonan yang tidak lucu. Melansir berita dari Kompas.com (7/10/12), Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar meminta pihak kepolisian untuk mengecek pembuat guyonan ini.

Lebih lanjut, Iskandar menyatakan bahwa gedung DPR adalah kepunyaan kementerian keuangan. Karena itu, pihak kementerian keuangan yang berhak untuk melaporkan hal tersebut. Sementara itu, dari pihak DPR, mereka tidak akan melaporkan guyonan itu ke pihak kepolisian.

Kalau sudah masuk ranah hukum, ini berarti pembuat guyonan harus siap menghadapi konsekuensi dari apa yang dilakukannya itu. Jadi, guyonan yang barangkali mau mencari sensasi berakhir berujung pada situasi yang memperihatinkan.

Tidak salah membuat guyonan. Akan tetapi, itu mesti dibuat pada waktu dan tempat yang tepat. Dalam arti, guyonan itu tidak membuat orang lain tersinggung, tidak merendahkan martabat sesama dan sebuah institusi, dan tidak menyebabkan kerusakan bagi diri sendiri.

Sebaliknya, guyonan perlu memberikan poin mendidik. Tidak sekadar mencari sensasi dan berbuah viral di tempat publik. Sebaliknya, lewat guyonan, banyak orang tergelitik dan tertawa, tetapi juga mereka bisa memetik poin positif dari guyonan tersebut.

Guyonan memasukan gedung DPR pada situs jual beli online sedikitnya tidak menghargai. Ini menunjukkan bahwa pembuat guyonan hanya terkesan mencari sensasi dan ingin viral. Jadinya, guyonan itu berujung viral.

Bagaimana pun, gedung DPR adalah milik negara. Tidak sembarang diperjualbelikan. Ketika orang memasukan di situs online tanpa sepengetahuan negara, itu berarti ada sebuah pelecehan.  

Hal yang sama jika terjadi pada barang kepunyaan pribadi, misalnya. Siapa pun pasti tersinggung. Misalnya, mobil atau motor pribadi kita dimasukan ke media online dan dijual tanpa sepengetahuan kita.

Barangkali pelajaran yang paling pertama adalah tahu menempatkan diri dalam melakukan guyonan. Tidak semua situasi dan obyek bisa dijadikan bahan guyonan. Dengan kata lain, kita perlu mengontrol diri.

Sebaliknya, kita perlu berusaha membuat guyonan yang memberikan poin positif kepada sesama. Orang terhibur dan sekaligus memetik poin positif dari guyonan tersebut. Dengan itu, kita mendapat dua nilai plus sekaligus, yakni menghibur dan mengajarkan poin positif.

Bahkan, dengan berguyon kita bisa menghadirkan catatan kritis. Barangkali guyonan itu mau memberikan catatan kritis. Akan tetapi, hal itu terkesan tidak benar. Dalam mana, kalau sebuah gedung negara dimasukan ke jual beli online, ini bisa berarti tidak ada penghargaan terhadap barang kepemilikan negara.

Seyogianya, kritik itu dilontarkan kepada para anggota DPR yang barangkali tidak menjalankan aspirasi rakyat. Kritik itu pun rasional dan berdasarkan data. Bukan sekadar asal semprot. Sama halnya dengan guyonan. Bukan sekadar asal menciptakan guyonan dan mengabaikan nilai posisifnya.

Dengan ini pula, kita juga perlu belajar dalam membuat guyonan yang berbobot dan kritis. Kita menciptakan sesuatu yang menghibur dan bernilai positif bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun