Tidak hanya itu, Gatot juga mengeluarkan pernyataan menimbulkan keriuhan di ruang politik tanah air. Dia menyatakan bahwa dia dicopot dari jabatan Panglima TNI karena pemutaran film G30S/PKI. Pastinya, pernyataan ini menghadirkan keriuhan. Apalagi pernyataan itu keluar di tengah momen mengenang peristiwa di tahun 1965.Â
Atas pernyataanya itu, kepala staf kepresidenan, Moeldoko menyatakan jika pernyataan Gatot sangatlah subyektif (Kompas.com 1/10/20). Moeldoko bahkan menyatakan pergantian itu sudah berdasarkan pada pertimbangan yang komprehensif dan bukannya pertimbangan kasuastis.
Terlepas dari latar belakang situasi yang terjadi, nama Gatot muncul ke permukaan berkat keriuhan yang terjadi. Pernyataannya menarik perhatian publik. Begitu pula, aksi di TMP Kalibata menarik media untuk meliputnya.Â
Dengan ini pula, semakin sering hadir di halaman media, popularitasnya bisa saja semakin dikenal. Apalagi jika hal-hal itu dipoles dengan pergerakan-pergerakan yang bisa menjawabi situasi masyarakat.
Misalnya, melaksanakan aksi kemanusiaan. Bukan tidak mungkin, dengan ini nama Gatot kian dikenal di masyarakat. Andaikata beliau secara resmi maju dalam kontestasi di Pilpres, paling tidak dia sudah mempunyai investasi berupa popularitas di masyarakat.
Langkah-langkah Gatot di beberapa pekan terakhir ini, pada satu sisi, menguntungkan posisinya sebagai tokoh publik. Dia sering muncul di media massa. Oleh sebab itu, masyarakat juga mengenalnya terlepas apa yang menjadi penyebab beliau dikenal.
Sebaliknya, Giring mempunyai langkahnya tersendiri dalam menggolkan niatnya maju dalam kontestasi pilpres. Awalnya niatnya maju Pilpres begitu hangat di media nasional. Ini terjadi karena faktor latar belakang Giring yang merupakan mantan musisi yang sempat digandrungi kaum muda.
Namun, perlahan gerak geriknya terlihat senyap. Bila ditilik dari gerak langkah Gatot, barangkali mantan vokalis band Nidji mempunyai langkah politik yang berbeda. Tidak perlu publikasi berlebihan, tetapi caranya efektif.
Apa pun cara seorang politikus dalam mempromosikan diri, mereka pasti sudah mempertimbangkan pelbagai aspek. Salah satu aspek adalah soal popularitas mereka di tengah masyarakat.
Bagaimapun, langkah yang mereka jalankan bertujuan untuk mendapatkan popularitas di mata masyarakat. Ketika popularitas sudah terangkat, seorang politikus bisa melakukan penetrasi untuk mendapatkan simpati hingga berujung pada suara politik.
Salam