Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Giring Berjalan dalam Senyap dan Cara Gatot yang Kian Riuh

1 Oktober 2020   20:13 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:38 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gatot Nurmantyo. Sumber foto: Kompas.com/Andi Hartik

Tahun 2024 masih jauh. Kira-kira empat tahun lagi. Akan tetapi, dalam konteks politik, jarak waktu itu bisa saja tidak terlalu lama.

Bagaimana pun, seorang politikus dan sebuah partai politik membutuhkan waktu untuk memperkenalkan diri ke tengah masyarakat. Semakin sering dan lama, seorang politikus dan partai politik bergeliat di tengah masyarakat, popularitas mereka pun semakin terangkat.

Tidak heran, politikus kerap kali bergerak sedinih mungkin agar mereka mendapat tempat di masyarakat. Apabila itu baru dilakukan saat mendekati musim politik, masyarakat bisa saja sudah menjadi milik pihak lain.

Sejauh ini, Giring Ganesha, seorang politikus dari PSI dan sekaligus mantan musisi tanah air yang menyatakan secara terbuka tentang niatnya untuk maju pilpres 2024. Pernyataannya itu yang menarik diskusi politik. Diskusi itu berkutat pada pelbagai aspek, termasuk kapasitas seorang Giring bila terjun di Pilpres 2024.

Meski demikian, di tengah iklim demokrasi, sah-sah saja seseorang untuk menyatakan diri maju dalam kontestasi politik. Giring menyatakan diri untuk maju di kala waktu yang masih dinih. Belum dua tahun pemerintahan Jokowi jild II. Tentunya, ini merupakan cara yang tepat bila diukur dari sudut pandang investasi politik.

Dalam arti, empat tahun ke depan Giring bisa melakukan pelbagai aktivitas yang memungkinkannya maju dalam kontestasi. Empat tahun mungkin belum tentu cukup apabila menimbang popularitas beberapa figur lain seperti Prabowo, Anies, dan Ganjar.

Namun, semenjak kemunculan niatnya maju pilpres, Giring terlihat berjalan dalam ruang yang senyap. Kurang berita. Barangkali saya yang kurang baca berita.

Atau juga, Giring melakukan langkah senyap tanpa perlu publikasi media yang berlebihan. Lebih baik berjalan dalam senyap, tetapi efeknya begitu besar di kemudian hari.

Sosok yang malah mencuat ke permukaan beberapa hari terakhir adalah Gatot Nurmantyo. Walaupun mantan Panglima TNI ini belum menyatakan diri secara terbuka maju pilpres 2024, ada yang menilai langkah-langkahnya bersama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bisa terarah pada kontestasi di Pilpres 2024.

Menarik untuk menyimak pergerakan Gatot dengan rekan-rekannya di bawah bendera KAMI. Mereka sudah melakukan aksi di beberapa kota. Mereka juga berhadapan dengan demonstrasi penolakan. Semuanya ini bagian dari dinamika politik yang mesti dihadapi.

Bahkan sewaktu dia dan teman-teman veteran pergi melayat ke Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata, beliau berselisih paham dengan Dandim Jakarta Selatan, Kolonel Inf Ucu Yustia (Kompas.com 30/9020). Perselisihan itu ditenggarai oleh pemberlakukan protokol kesehatan.

Tidak hanya itu, Gatot juga mengeluarkan pernyataan menimbulkan keriuhan di ruang politik tanah air. Dia menyatakan bahwa dia dicopot dari jabatan Panglima TNI karena pemutaran film G30S/PKI. Pastinya, pernyataan ini menghadirkan keriuhan. Apalagi pernyataan itu keluar di tengah momen mengenang peristiwa di tahun 1965. 

Atas pernyataanya itu, kepala staf kepresidenan, Moeldoko menyatakan jika pernyataan Gatot sangatlah subyektif (Kompas.com 1/10/20). Moeldoko bahkan menyatakan pergantian itu sudah berdasarkan pada pertimbangan yang komprehensif dan bukannya pertimbangan kasuastis.

Terlepas dari latar belakang situasi yang terjadi, nama Gatot muncul ke permukaan berkat keriuhan yang terjadi. Pernyataannya menarik perhatian publik. Begitu pula, aksi di TMP Kalibata menarik media untuk meliputnya. 

Dengan ini pula, semakin sering hadir di halaman media, popularitasnya bisa saja semakin dikenal. Apalagi jika hal-hal itu dipoles dengan pergerakan-pergerakan yang bisa menjawabi situasi masyarakat.

Misalnya, melaksanakan aksi kemanusiaan. Bukan tidak mungkin, dengan ini nama Gatot kian dikenal di masyarakat. Andaikata beliau secara resmi maju dalam kontestasi di Pilpres, paling tidak dia sudah mempunyai investasi berupa popularitas di masyarakat.

Langkah-langkah Gatot di beberapa pekan terakhir ini, pada satu sisi, menguntungkan posisinya sebagai tokoh publik. Dia sering muncul di media massa. Oleh sebab itu, masyarakat juga mengenalnya terlepas apa yang menjadi penyebab beliau dikenal.

Sebaliknya, Giring mempunyai langkahnya tersendiri dalam menggolkan niatnya maju dalam kontestasi pilpres. Awalnya niatnya maju Pilpres begitu hangat di media nasional. Ini terjadi karena faktor latar belakang Giring yang merupakan mantan musisi yang sempat digandrungi kaum muda.

Namun, perlahan gerak geriknya terlihat senyap. Bila ditilik dari gerak langkah Gatot, barangkali mantan vokalis band Nidji mempunyai langkah politik yang berbeda. Tidak perlu publikasi berlebihan, tetapi caranya efektif.

Apa pun cara seorang politikus dalam mempromosikan diri, mereka pasti sudah mempertimbangkan pelbagai aspek. Salah satu aspek adalah soal popularitas mereka di tengah masyarakat.

Bagaimapun, langkah yang mereka jalankan bertujuan untuk mendapatkan popularitas di mata masyarakat. Ketika popularitas sudah terangkat, seorang politikus bisa melakukan penetrasi untuk mendapatkan simpati hingga berujung pada suara politik.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun