Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agak Kaget! Suami Memasak di Dapur, Istri Berbicara dengan Tamu

11 Juni 2020   16:48 Diperbarui: 11 Juni 2020   16:45 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang laki-laki memasak di dapur. Sumber foto: Pinterest.com

Budaya tertentu telah mengondisikan kaum pria dan wanita pada kotak-kotak tertentu. Berpindah kotak acap kali menyebabkan keterkejutan.

Tiap tempat mempunyai budayanya masing-masing. Kita tidak bisa asal menghakimi sebuah budaya dari perspektif budaya yang kita miliki.

Namun, di pihak lain kita perlu mengkritisi budaya yang merendahkan martabat seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam mana, budaya itu hanya cenderung merusak martabat seorang sebagai manusia.

Alasanya, budaya juga terlahir dari sebuah buah dari refleksi yang dihidupi sekian tahun. Refleksi yang terlahir dari buah pikiran dan cara pandang manusiawi. Kalau budayanya merendahkan martabat seseorang manusia, itu perlu dikritisi dan ditolak. Tetapi jika seseorang berlangkah dari budaya tertentu demi memuliakan martabat seseorang, itu pun perlu diterima secara terbuka.

Setelah beberapa tahun di Filipina, saya kerap kali menemukan situasi di mana suami yang memasak di dapur dan istri yang menerima tamu. Tidak lagi terkejut seperti di tahun-tahun awal.

Malah, saya mempelajarai bukti nyata dari sebuah emansipasi dalam konteks yang sederhana. Mulai dari keluarga. Boleh saja ini mempengaruhi peran kaum perempuan dan laki-laki dalam konteks yang lebih luas, misalnya, perannya dalam konteks lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.

Terbukti, dari kepala desa, bupati dan gubernur di mana saya tinggal di Filipina saat ini dipimpin oleh perempuan. Belum pernah saya mendengar suara dari kaum laki-laki jika mereka dilecehkan oleh situasi ini. Situasi itu diterima sebagai situasi yang normal.

Penerimaan ini bisa saja dipengaruhi oleh cara hidup di keluarga. Tidak ada perbedaan peran antara kaum laki-laki dan perempuan. Sejauh kaum perempuan melakukan pekerjaan laki-laki, dia perlu melakukannya, tanpa terpenjara pada pola pikir yang salah, begitu pun sebaliknya.

Pendeknya, kesamaan peran dan pengaruh antara kaum laki-laki dan perempuan bisa bermula dari konteks keluarga, antara seorang istri dan suami. Kesamaan ini merupakan upaya untuk menghargai setiap orang sebagai pribadi yang sama.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun